Menjadi mahasiswa ideologis tidak sulit, asalkan mengetahui arahnya. Hal ini merupakan poin utama dalam diskusi saya bersama mahasiswa baru STIE Hidayatullah Depok (13/9/23).
Ideologis artinya orang yang punya sebuah ide yang jadi pemahaman dalam gerak hidup. Ideologi kita tentu saja yang konstruktif bagi peradaban mulia.
Baca Juga: Dialog dengan Mahasiswa Pascasarjana
Ciri-ciri mahasiswa ideologis mereka punya idealisme. Mereka juga memiliki cita-cita tinggi.
Hidup dengan karakter dan prinsip hidup yang kuat. Selalu punya gagasan-gagasan untuk memberikan tawaran pembangunan umat, bangsa dan negara.
Pendek kata, mahasiswa ideologis bisa kita lihat pada sosok Bung Karno, Bung Hatta, Mohammad Roem, dan lain sebagainya.
Mereka bisa menjadi sosok berkontribusi besar bagi perjalanan bangsa Indonesia karena memang sejak mahasiswa punya idealisme, cita-cita dan prinsip hidup yang kuat.
Itulah kenapa sejak zaman dahulu, kita kenal adagium dari pendahulu, “Syubbanul yaum, rijalul ghad”. Artinya, orang muda hari ini adalah tokoh masa depan.
Langkah
Langkah menjadi mahasiswa ideologis sangat mudah.
Pertama, tekun membaca. Hanya saja membaca dalam hal ini levelnya sampai pada tahapan untuk riset.
Membaca untuk riset, apalagi dalam era digital seperti ini, minimal mahasiswa bisa mendengarkan voice dan menjauhkan noise.
Bung Hatta terkenal dengan ucapannya, “Aku rela dipenjara asalkan bersama buku. Dengan buku aku bisa bebas.”
Buya Hamka, justru tuntas menulis Tafsir Al-Azhar karena ada di dalam penjara. Pendek kata, siapa membaca ia akan mudah untuk berkarya.
Kedua, jadilah analis.
Siapapun bisa menjadi analis, syaratnya pun gampang.
Sejak muda tekunlah dalam belajar, terutama semua mata kuliah yang harus dipahami.
Kemudian perbanyaklah melakukan analisa secara independen dan konsisten terhadap isu yang berkembang, baik sesuai jurusan kuliah atau apapun yang sedang berkembang.
Jika telah lulus kuliah, bagus kalau mendapatkan sertifikasi seorang analis, seperti Certified Business Intelligence Analyst (CBIA) dan lainnya.
Ketiga, terampil berdiskusi, bahkan berdebat, jika memang perlu.
Lihatlah Bung Karno, ia sosok yang sejak dari mahasiswa sangat piawai dalam diskusi, termasuk debat. Sekalipun debat hanya perlu kita lakukan saat memang mendesak.
Selain itu kita kenal A. Hassan, sosok ulama hebat, jago nulis, jempolan dalam debat. Anda tahu siapa A. Hassan? Dia adalah guru dari M. Natsir, sosok ulama dan negarawan.
Berguru kepada A. Hassan, M. Natsir akhirnya piawai sebagai pendidik, pemikir, intelektual, penulis dan aktivis.
Baca Lagi: Membaca Penting, Membaca Asing
Kalau mahasiswa saat ini mampu menjadi sosok mahasiswa ideologis, kedepan Indonesia akan kaya SDM cerdas, peduli dan siap memajukan bangsa Indonesia. Bukan hanya terampil membangun dapur sendiri.
Doa
Terakhir kita butuh akan doa.
Semua tokoh yang ada dalam negeri ini dan mereka Muslim, mereka selalu menjadikan doa sebagai arus utama dalam perjuangan mereka. Karena doa adalah senjata utama.*