Home Kajian Utama Menjadi Guru Peradaban
Menjadi Guru Peradaban

Menjadi Guru Peradaban

by Imam Nawawi

Gunung Tembak, merupakan titik sengat yang menyadarkan pikiran segenap kader Ustadz Abdullah Said menancapkan visi membangun peradaban Islam. Oleh karena itu, dalam Tarhib Ramadhan 1444 H (19/3/23) KH. Abdurrahman Muhammad mengingatkan bahwa di Gunung Tembak akan lahir kader dan pemimpin yang idealnya mampu menjadi guru peradaban.

“Suasana yang tercipta hari ini di Gunung Tembak, jauh-jauh hari sudah terasa, sangat sakral dan penuh heroisme.

Baca Juga: 3 Hal Menonjol dari Ustadz Abdullah Said

Terus-menerus mengupayakan untuk mewujudkan inti harapan, yang memberikan semangat, mulai daripada semangat ibadah kepada Allah SWT. Kemudian semangat juang, yang semuanya itu terpandu dan terkendali dalam leadership dan manajerial, keimamahan dan keumaroan.

Bahwa semua dilakukan dikendalikan, dengan suatu keputusan-keputusan melalui istikharah. Lengkap dengan manajemen yang profesional, sehingga terasa menyatunya antara sakralisasi dan profesionalisme,” urai beliau mengawali taujihnya.

Guru Peradaban

KH. Abdurrahman Muhammad juga mengeluarkan istilah yang menggambarkan spirit dan historis perjuangan yang ada dengan “sakralisasi dan pemodernan.”

Sebuah pikiran yang memberi isyarat kepada segenap kader bahwa dalam membangun peradaban Islam penguasaan ilmu, teknologi dan juga jati diri sebagai hamba Allah harus berjalan seiring.

Sehingga tidak terjebak dan kagum pada ilmu dan teknologi, lalu melupakan Allah. Atau tekun ibadah tapi tidak bisa menjadi orang yang mampu menghadapi tantangan yang ada, sehingga masyarakat pergi, meninggalkan dakwah ini.

“Gerakan kita ini gerakan yang profetik dan profesional,” kembali KH. Abdurrahman Muhammad menegaskan.

Masjid Ar-Riyadh ini memberikan gambaran obsesi bahwa Gunung Tembak akan melahirkan para alim, dan melahirkan para pemimpin.

“Alhamdulillah, obsesi besar ini kita harapkan dapat mengambil alih bukan saja pemimpin-pemimpin lokal di Hidayatullah. Tapi (juga siap) menjadi pemimpin-pemimpin umat,” terangnya lagi.

“Bukan saja menjadi alim-alim di kalangan Hidayatullah. Tapi menjadi alim-alim untuk kaum Muslimin.

Sesuai dengan visi Hidayatullah, yaitu membangun peradaban Islam, maka misi yang harus diemban oleh Hidayatullah, misi besar yang harus kita emban, melahirkan pemimpin dan alim-alim.

Kalau Hidayatullah dapat melahirkan pemimpin dan melahirkan alim-alim, berarti Hidayatullah harus menjadi guru peradaban.. Dan, Hidayatullah harus menjadi pemimpin peradaban. Allahu Akbar,” urainya mengingatkan dengan tegas.

Komitmen

Taujih itu bukan sebatas penjelasan biasa, melainkan pesan strategis bahwa siapapun kader Hidayatullah harus melangkah ke arah tersebut, lahirnya kader yang siap menjadi guru peradaban.

Baca Lagi: Sahabat dalam Setengah Abad Hidayatullah

Dalam kata yang lain melalui Ramadhan nanti harus ada pemantapan mindset diri sebagai sosok yang siap menampilkan karakter profetik dan profesional dalam bidang yang kita emban bersama.

Kemudian, berselancarlah, bergaullah dengan seluas-luas orang bahkan ilmu, namun jangan lupa misi utama kita, melahirkan pemimpin dan alim ulama.

Sebuah pesan yang indah namun membutuhkan kemampuan kita semua menerjemahkan pikiran besar ini dalam wujud kebijakan organisasi yang memadai.

Sekaligus menemukan model terobosan dan akselerasi yang relevan, sehingga misi itu dapat kita hadirkan dan visi itu pun bisa kita wujudkan, menjadi guru peradaban untuk tegaknya peradaban Islam.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment