Menjadi dewasa merupakan tema yang sering orang bicarakan. Namun dalam realitasnya menjadi dewasa bukanlah perkara mudah.
Bisa kita lihat dari beberapa indikasi tentang apa itu dewasa. Pertama, seseorang mampu menghormati komitmen.
Ketika seorang individu telah mengatakan “iya” dalam kebaikan, maka ia akan memperjuangkan perkataan itu, apapun kondisinya. Seorang calon presiden misalnya, berjanji akan mensejahterakan rakyat, maka ia bisa disebut dewasa bila benar-benar membuktikan janjinya.
Baca Juga: Apakah Anda Sakit Hati?
Kedua, mau berpikir terbuka. Artinya tidak memandang bahwa pikirannya sendiri dan keputusannya sendiri yang mutlak kebenarannya, sehingga memandang orang lain tak lebih dari manusia-manusia yang tak layak menyampaikan gagasan.
Ketiga, sedikit berbicara dan lebih memilih banyak mendengar. Orang dewasa bukan yang kalau dalam setiap kesempatan selalu mau “mendominasi.” Tetapi yang mau mendengar dan tidak berucap kecuali menghasilkan kebaikan.
Sikap
Berdasarkan sebagian ciri tentang dewasa di atas, maka langkah yang semestinya hadir dalam diri kita adalah sikap bijaksana.
Masalah, dinamika, perbedaan pendapat bukan legitimasi diri boleh melakukan ketidakbaikan. Justru dari itu semua, bagaimana kualitas diri dalam bersikap semakin tenang, tajam dan konstruktif.
Jadi, kalau ada orang mudah bertengkar, adu mulut dan memposisikan orang lain rendah karena dirinya adalah A, B dan seterusnya, sebenarnya ia adalah manusia yang sikapnya masih kekanak-kanakan.
Meski demikian tidak berarti orang dewasa justru tidak memiliki sikap tegas. Terhadap hal-hal yang dapat menyelamatkan sesuatu, entah individu, organisasi bahkan peradaban, ia akan memilih terus menerus memperjuangkannya.
Perilaku
Dewasa tentu ada ragam bentuk dan perspektifnya. Menurut Alquran dewasa meliputi fisik [QS. al-Nur: 59], pikiran, mental, psikologis [QS. al-Nisa`: 6], bahkan rasa tanggung jawab. Manusia itu seperti buah yang matang di pohonnya dan siap untuk dipetik dan dimakan.
Baca Lagi: Yang Membahagiakan
Dengan demikian, sebenarnya kita patut melihat ke dalam sejak sekarang, apakah diri telah dewasa atau hanya tua karena usia yang terus bertambah.
Kemudian bisa kita meraba juga, apakah setiap ucapan bahkan keputusan yang telah kita buat, lebih mendatangkan maslahat atau mafsadat. Semua itu penting kita perhatikan agar layak mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.*