Sebagian besar orang sadar, buruknya praktik politik sebagian politisi karena mereka gagal menyiapkan kader. Karena itu kita penting meninjau kembali urgensi kaderisasi.
Menarik apa yang jadi ungkapan M. Natsir soal strategis ini.
“Majapahit semerbak dan mengagumkan sejarah, karena dipimpin oleh tenaga belia, Gajah Mada. Tetapi kemudian hancur luluh, setelah Gajah Mada pergi, tak ada pemimpin muda yang akan menggantikannya. Gajah Mada tidak menyediakan kader.”
Ungkapan itu saya baca dalam buku “Rindu Pendidikan dan Kepemimpinan M. Natsir” karya Saiful Falah.
Dan, kalau kita mau menyadari, tugas apa yang paling nyata berat, tidak lain adalah melahirkan pemimpin cakap, lebih cakap dari kita. Itulah urgensi kaderisasi.
Karena kaderisasi adalah jembatan penting antara generasi masa kini dan generasi yang akan datang. Kalau kaderisasi lemah, jembatan itu pun rapuh. Dan, esok kondisinya akan lebih tidak menentu.
Baca Juga: Pemimpin itu Mendengar Bahkan Bertanya
Penugasan
Pemimpin Umum Hidayatullah Ustadz Abdurrahman Muhammad berulang kali mengatakan, “Kaderisasi terbaik adalah penugasan.”
Secara empirik, ungkapan itu tak bisa kita tolak. Karena cara melahirkan pemimpin memang melibatkan generasi muda dalam kiprah. Satu-satunya cara adalah melibatkan mereka dalam penugasan.
M. Natsir mengatakan. “Seorang pemimpin tidak akan timbul dengan sekadar diberi pelajaran. Ia hanya bisa mekar dalam tekanan pertanggungjawaban yang dipikulkan atas dirinya, baik kecil atau besar. Tanggung jawab adalah ujian. Dua kemungkinan bisa berlaku; ia patah atau ia berkembang.”
Keteladanan
Namun, penugasan juga menghendaki satu hal lagi, yakni keteladanan.
Baca Lagi: Bincang Kepemimpinan
Bagaimanapun anak muda akan mencontoh orang tua, baik secara biologis, maupun organisasi (ideologis).
Kata Saiful Falah, “Segala sikap dan sifat orang tua akan menjadi referensi. Kebaikan yang ditularkan oleh orang tua akan mengakar dalam diri anak muda. Demikian halnya keburukan, akan tumbuh bahkan menjadi lebih subur.”
Jadi bicara kepemimpinan masa depan, cek kaderisasi hari ini. Lebih dalam lagi, cek keteladanan dari generasi tua.
Kalau dua hal itu bagus, tidak perlu banyak khawatir apalagi berbusa-busa menjadikan lisan tak berhenti berkata, baik itu sejarah maupun kisah dirinya berjuang. Generasi muda akan mengikuti. Insya Allah.*