Menikmati hidup, ini langsung mencuat dalam kepala, selepas saya pulang dari sholat berjama’ah.
Sembari menarik kunci kuda besi, melintas dalam pikiran, betapa hidup amatlah singkat. Hari lahir seakan baru kemarin, lulus SMA seakan baru saja, walau sebenarnya telah lebih dari satu setengah dasawarsa.
Manusia akan bahagia kalau ia mau memperhatikan kronologi kehadiran dirinya dalam alam fana ini.
Baca Juga: Anak Muda Harus Siap Memimpin
Allah mengingatkan setiap individu bahwa kalian semua Allah bentuk dan ciptakan dari setetes air hina. Tidak ada kemuliaan dari bahan dasar manusia diciptakan. Namun, dengan amanah sebagai hamba dan khalifah Allah, manusia Allah sebut sebagai makhluk terbaik.
Sayang, kata makhluk terbaik, seringkali orang lupa merenungkannya dengan baik, sehingga hari demi hari, pikiran dan bahasan manusia sebatas hal-hal yang belum tentu bermanfaat.
Lakukan yang Baik
Cara menikmati hidup paling mungkin semua orang melakukannya adalah dengan melakukan yang baik.
Bertutur kata baik, bergaul dengan baik, dan terus berupaya melakukan yang baik-baik. Entah membaca buku, artikel ringan di internet atau bahkan mengajak teman untuk ngopi bersama di teras rumah.
Seorang Ustadz pernah memberikan pesan kebaikan kepada saya, bahwa Nabi Ibrahim itu setiap hari ingin ada orang makan dan minum di rumahnya. Kalau tidak ada yang berkunjung, maka Nabi Ibrahim mencari siapa saja yang bisa diajak ngopi di rumahnya.
Melakukan yang baik tidak saja penting, tapi memang kita butuhkan. Alquran malah memberikan rumus, bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan akan kembali dalam wujud kebaikan pada kehidupan kita di masa mendatang (QS. 17: 7).
Kaum Muda
Kaum muda betapa banyak hari ini yang mengalami overthinking. Thinking itu Allah perintahkan memang dalam Alquran, tetapi bukan over.
Kala tiba waktu kita ibadah, maka segera gelar sajadah, sujud dan ruku’ pada-Nya. Apabila tiba masa untuk merenung, maka menyendirilah dengan melakukan perenungan atau bahkan dzikir.
Sebagian anak muda semakin menyendiri semakin kacau pikirannya, karena sembari berbaring pun yang ia pegang handphone.
Baca Lagi: Yang Membahagiakan
Bukan saja urat matanya yang harus bekerja keras, jiwanya pun tak dapat apa yang penting sebagai asupan berguna.
Jika memang terpaksa harus memandang smartphone, ambillah tontonan yang mengedukasi, bukan yang mengobok-obok imajinasi ke alam yang “indah” namun tidak nyata.
Mungkin pada tahap ini ada baiknya kita terapkan nasihat dari Prof Adam Grant, yakni bersegera untuk berpikir kembali, “Think Again.”*