Home Artikel Mengukir Masa Depan: Menciptakan, Bukan Sekadar Mengikuti
Mengukir Masa Depan: Menciptakan, Bukan Sekadar Mengikuti

Mengukir Masa Depan: Menciptakan, Bukan Sekadar Mengikuti

by Imam Nawawi

Mengukir masa depan itu tidak mudah. Karena dunia terus berubah, sudah pasti kita mesti ingat untuk selalu berbenah. Buang sifat ogah, bangun sikap teguh dan tabah. Kesadaran itu yang akan membuat kita kokoh dalam mengukir masa depan, hadir dengan aksi konsisten dalam berbagai hal, sehingga lahir kemampuan menciptakan, bukan lagi senang sekadar ikut-ikutan.

Namun, seringkali kita merasa terombang-ambing oleh arus ketidakpastian. Masa depan tampak seperti kabut tebal yang sulit ditembus, membuat kita ragu untuk melangkah.

Menarik analisa dan pemikiran dari seorang Peter Thiel, dalam bukunya “Zero to One”, mengajak kita untuk melihat masa depan bukan sebagai sesuatu yang harus ditakuti, melainkan sesuatu yang bisa kita bentuk.

Cara Memandang Masa Depan

Thiel mengingatkan kita bahwa ada dua cara memandang masa depan: sebagai sesuatu yang pasti atau sesuatu yang tidak pasti.

Jika kita percaya bahwa masa depan adalah rangkaian peristiwa yang telah ditentukan, kita akan termotivasi untuk memahaminya dan bekerja keras untuk mewujudkannya.

Namun, jika kita melihat masa depan sebagai permainan acak yang tak terkendali, kita akan mudah menyerah dan pasrah pada keadaan.

Maka, bagaimana kita bisa menguasai masa depan?

Thiel mengajak kita untuk menjadi pencipta, bukan sekadar pengikut. Kita harus berani berinovasi, menciptakan sesuatu yang baru dan unik, bukan hanya memperbaiki yang sudah ada.

Baca Juga: Kuasai Waktu, Kuasai Hidup dan Jadilah Bahagia

Saya langsung teringat sosok Ust. Abdullah Said, visi, pemikiran dan tindakannya benar-benar mencerminkan sebuah semangat membara bahwa kebaikan Islam bisa kita hadirkan ke seluruh Indonesia dengan menjadi Muslim-Muslimah yang menikmati keindahan ajaran Islam. Ia memiliki kemampuan bekerja dari 0 ke 1. Kini Hidayatullah telah ada di seluruh Indonesia, meski tetap harus menjawab tantangannya untuk masa depan.

Nabi Yusuf

Pernahkah kita membayangkan seperti apa perasaan Nabi Yusuf sebagai manusia. Kita tahu saat kecil ia telah menjalani hidup dengan sangat keras. Ia dilempar ke dalam sumur, dijual menjadi budak, kemudian mendapat ujian fitnah dan mendekam dalam penjara untuk waktu yang tak bisa kita sebut sebentar. Sementara tak ada kesalahan yang Nabi Yusuf lakukan.

Jika Nabi Yusuf tidak meyakini mimpinya, kemudian membangun keteguhan jiwa, tentu ia tidak akan setabah itu. Sejarah itu mengajarkan kepada kita bahwa nilai-nilai hidup, berupa keyakinan kepada Allah SWT, komitmen pada mimpi yang baik dan mulia, bisa menjadi kunci seseorang mampu menjadi pribadi luar biasa.

Kekuatan Unik

Menariknya sejarah Nabi Yusuf itu bisa juga jadi kekuatan dalam diri kita. Soal level kekuatan tentu akan berbeda, tetapi setidaknya jalurnya memang seperti itu.

Kita bisa menerapkannya dalam kehidupan pribadi kita. Ini saatnya kita mulai berhenti mengikuti tren atau mencoba menjadi lebih baik dari orang lain, temukan kekuatan unik diri sendiri dan gunakan itu untuk menciptakan nilai yang tak tergantikan. Ingat namanya kekuatan diri, pasti butuh visi dan usaha tak kenal lelah.

Kekuatan ini tidak harus berupa keterampilan teknis yang rumit; bisa jadi itu adalah empati yang mendalam, ketekunan yang tak kenal lelah, atau kreativitas yang meluap-luap. Dan, yang tak kalah penting keyakinan akan mendapat pertolongan Allah. Itu penting sekali.

Dengan demikian, kita dapat memahami bahwa masa depan bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja pada kita. Masa depan adalah sesuatu yang kita ciptakan, hari demi hari, dengan tindakan dan pilihan kita.

Jadi, jangan takut untuk bermimpi besar, berpikir berbeda, dan mengambil risiko. Karena seperti kata Thiel, “Masa depan adalah sesuatu yang kita bangun, bukan sesuatu yang kita temukan.”

Nabi Muhammad saja membangun karakter hebat dari kecil, sebagai Al-Amin. Gelar itu tidak tiba-tiba, tapi karena memang ada nilai suci yang beliau terapkan dalam hidup.

Jadi, mari kita mulai hari ini, dengan langkah kecil namun pasti, untuk mengukir masa depan yang kita inginkan. Mari kita menjadi pencipta, bukan pengikut. Mari kita kuasai masa depan dengan aksi hari ini.

Saya sering ungkapkan kepada teman-teman, jadilah pemimpin di 2045. Artinya ayo berproses dari sekarang untuk menciptakan masa depan yang kita dambakan.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment