Home Kisah Menguatkan Literasi Kaum Muda

Menguatkan Literasi Kaum Muda

by Imam Nawawi

Momen indah bagi saya adalah ketika bisa sharing dengan kaum muda. Terbaru saya berkesempatan menakrifkan perihal bagaimana menguatkan literasi kaum muda dalam gelaran LTC Pemuda Hidayatullah di Jakarta (27/8/22).

Kata literasi sendiri senyatanya belum begitu banyak anak muda memahami, apalagi menyadari dan membangun jadi budaya dalam kehidupan pribadi.

Terlebih literasi variasinya terus berkembang, mulai literasi media, digital, komputer, sains, sekolah, pendidikan, pergerakan, sejarah dan lain sebagainya.

Baca Juga: Menguatkan Daya Baca

Dan, tanpa harus melihat data hasil riset soal literasi, para peserta dalam sesi diskusi telah melafalkan, bahwa mereka benar-benar sadar akan pentingnya literasi. Namun kesulitan menjadikan itu sebagai kekayaan diri.

Mereka sulit move on dari bermain gadget secara berlebihan termasuk main game online.

“Kami sadar, masih banyak waktu tidak maksimal karena gadget di tangan,” ungkap seorang peserta dari Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.

Reasoning

Saya melantaskan bahwa literasi itu penting karena buahnya adalah kemampuan reasoning (bernalar) dengan baik.

Reasoning inilah yang dahulu Bilal bin Rabbah ra lakukan. Ketika ia mendengar ayat 1-5 surah Al-Alaq, akalnya bekerja.

“Dia yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”

Ayat itu menjadikan nalar Bilal sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan manusia secara hakikat, semua sama. Dari segumpal darah.

Lalu ia pun bertanya, darimana pembagian status manusia. Kok ada yang jadi budak. Dan, ada yang jadi tuan. Siapa yang menetapkan itu dan mengapa masyarakat mempercayainya.

Pada akhirnya Bilal sampai pada kesimpulan bahwa kalau demikian, manusia itu telah menganut sistem nilai yang salah dalam kehidupan. Dan, pastilah ayat ini yang benar.

Ia pun mengkonfirmasi dengan melihat siapa yang membawa risalah Islam itu. Begitu ia tahu bahwa ayat itu disampaikan oleh seorang manusia yang tak sekalipun pernah berbohong, Bilal yakin seutuhnya, bahwa ajaran ini adalah mutlak benar.

Kesadaran

Jadi, literasi dalam konteks Bilal bin Rabah telah melahirkan satu kesadaran penting yang membentuk visi dan orientasi hidup.

Bilal yang tadinya terjajah oleh perbudakan seketika bangkit menjadi manusia yang merdeka jiwa dan pikirannya.

Jadi, kalau ada yang bertanya apa guna literasi, maka jawabannya adalah kemerdekaan yang sesungguhnya.

Dan, ktia tahu bahwa siapapun yang kuat literasinya kemudian tulus dalam kehidupan ini ingin sampai pada kebenaran, maka biasanya Allah berikan hidayah sehingga dia melihat Islam sebagai jalan hidup.

Itulah kisah yang ada dalam diri Ustadz Felix Siauw, Irene Handono, Martin Lings dan lain sebagainya. Mereka adalah para pembelajar kuat, literasinya tinggi, ketika ikhlas, Allah berikan hadiah berupa hidayah.

Baca Lagi: Metode Membangun Kesadaran

Jika demikian, literasi juga bagian dari jalan mendapatkan hidayah. Lalu, mengapa kita yang telah Allah anugerahkan iman dalam dada sejak lahir, tidak menyadari bahwa literasi itu penting dan harus jadi kekuatan diri dan umat?

Jika kita sebagai kaum muda mau menjadi generasi yang unggul dan menyelamatkan kehidupan, maka kuatkan literasi, sehingga tidak mudah memakan berita hoaks, tidak gampang terprovokasi maupun berkecil hati dalam mengisi kehidupan ini.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment