Sepulang dari acara Kongres Budaya Umat Islam MUI di TMII (26/7/23) saya menyempatkan singgah ke toko buku di Margonda, Depok. Usai mencari-cari selama 60 menit saya mengingat ulama hebat dunia, dan bertemulah dengan buku Syaikh Yusuf Qaradhawi Sebuah Otobiografi. Seketika saya mengingat ketajaman pemikiran beliau.
Buku setebal 745 halaman itu memberikan beberapa penguatan penting, setidaknya bagi saya yang coba mencicil dalam membacanya.
Baca Juga: Begitu Hebat Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi
Pertama adalah pandangan Syaikh Yusuf Qaradhawi tentang komprehensifitas dakwah.
“Tetapi menurut pandangan saya, komprehensitas teoritis tidak memerlukan komprehensitas praktis dan bahwa misi dakwah adalah mendidik anak-anaknya tentang komprehensifitas ini, dan menerjunkan mereka di lapangan kehidupan untuk menerapkannya dalam praktik, masing-masing bertindak sesuai kapasitas dan kekhususannya.” (halaman: 257-258).
Tentukan Kekhususan
Sebelum ini saya beberapa kali mendapatkan pertanyaan dari seorang anak muda perihal hasratnya yang tinggi dalam belajar, tetapi mudah bosan, sehingga belajar A pekan ini, pekan depan ganti belajar B.
Kalau kita perhatikan pandangan Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi maka jawabannya jelas, ambil kekhususan apa yang paling mungkin jadi keahlian diri, kemudian bergeraklah untuk dakwah dengan kekhususan itu sendiri.
Dengan begitu akan ada yang bisa mendirikan perusahaan dagang, ada yang mendirikan bank syariah dan ada yang membangun sekolah Islam. Orang lain lagi mendirikan pabrik dan seterusnya.
Artinya, dengan apa yang kita cintai dalam kehidupan ini, misalnya menulis, desain, IT, atau apapun, ambil itu sampai pada tingkat ahli dan niatkan untuk dakwah serta ibadah kepada Allah Ta’ala.
Atasilah Kemiskinan
Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi juga menuturkan perihal pikirannya tentang kemiskinan.
“…Saya melihat bahwa Islam menganggap kemiskinan sebagai momok yang perlu dimintakan perlindungannya kepada Allah Azza Wa Jalla. Nabi mengajari kita untuk berlindung kepada Allah dari buruknya cobaan kemiskinan dan buruknya cobaan kekayaan, serta berlindung kepada-Nya dari kekurangan dan kehinaan.” (halaman: 414).
Baca Lagi: Menjawab Tantangan Peradaban
Berdasarkan secuil kecil dari apa yang jadi pikiran Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi, kita perlu mengingatnya dengan mempelajari pemikiran-pemikirannya. Kemudian meneruskan perjuangannya dan mendakwahkan idealismenya.
Ulama kelahiran 1926 itu memang sangat tajam dalam setiap pemikirannya, luas dalam segala pandangannya, serta adil dalam menimbang berbagai perkara yang umat Islam hadapi.
Dan, dalam hal politik, Syaikh Yusuf Al-Qaradawi memandang umat Islam harus berperan dalam sistem demokrasi, bahkan kaum perempuan pun bisa berkiprah dalam alam demokrasi.
Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi mengeluarkan fatwa bahwa perempuan bisa mencalonkan diri sebagai anggota parlemen dan sebagainya. Dengan demikian, tugas untuk memajukan dakwah ini bukan saja kaum pria, tetapi juga perempuan.*
Mas Imam Nawawi