Mengikuti kebenaran wahyu menjadi tema kali ini setidaknya karena tiga alasan utama.
Pertama, sebagian dari umat Islam mungkin sudah terbiasa membaca Alquran. Namun apakah upaya itu membawa mereka pada upaya memahami secara seksama?
Kedua, memahami merupakan langkah lanjutan setelah membaca. Jadi, Alquran hendaknya mendorong kita semua memiliki tradisi memahami dengan memikirkan dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran.
Ketiga, semakin seseorang menjalankan sesuatu dengan pemahaman maka ia akan mengalami peningkatan kebahagiaan dalam jiwa, ketenangan dalam hati dan tentu saja kebijaksanaan dalam pergaulan.
Baca Lagi: Mendengar Namun Mengubah Kebenaran
Persis seperti seorang petani yang mencangkul sawah, kala ia tahu dan sadar tujuan dari bertani, maka ia akan menjalani aktivitas pertanian dengan tenang dan gembira serta penuh harapan keberhasilan.
Demikian pula dalam hal mengikuti wahyu, jika disadari bagaimana caranya, lalu apa konsekuensinya dan harus bagaimana menghadapi itu semua, seorang Muslim akan tenang dalam menjalani itu semua.
Kesadaran
Alquran selalu mengundang manusia menggunakan kesadaran dirinya dengan baik, termasuk dalam hal mengikuti kebenaran wahyu.
“Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan. Dialah hakim yang terbaik.” (QS. Yunus [10]: 109).
Syaik M. Ali Ash-Shabuni dalam karyanya “Shafwatut Tafasir” menerangkan bahwa ayat itu merupakan perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti kebenaran wahyu dalam segala sisi kehidupan.
Kemudian, setelah ada kesadaran mengikti, langkah selanjutnya ialah bersabar dalam menjalani proses mengikuti kebenaran wahyu itu.
Bersabar terhadap apa pun yang menimpa kehidupan sebagai konsekuensi mengikuti kebenaran wahyu.
Kesabaran itu harus terus ada sampai kemudian datang keputusan Allah. Dan, Allah sebaik-baik pengambil keputusan.
Tidak Instan
Dengan demikian, tidak ada jalan instan dalam kebenaran. Semua harus berangkat dari kesadaran, langkah dan pemeliharaan kualitas langkah dengan sabar dan yakin akan pertolongan Allah.
Akan tetapi era sekarang orang umumnya sangat ingin semua serba cepat.
Padahal dalam hal kebenaran ada jalan yang setiap jiwa yang sadar harus menempuh dengan penuh kesabaran.
Sebagai bukti sejarah, Alquran menerangkan perihal perjalanan hidup Nabi Yusuf Alayhissalam.
Baca Lagi: Jangan Ragu dengan Kebenaran Islam
Orang banyak senang membahas posisi puncaknya sebagai wazir Mesir. Padahal untuk sampai ke posisi itu, beliau harus sabar dan tabah menjalani ujian demi ujian.
Mulai dari saudaranya yang membenci, kemudian melempar ia kesumur, menjalani kehidupan sebagai budak, menghadapi fitnah, dan puncaknya atas tuduhan tidak berdasar harus rela masuk penjara.
Dalam analogi masyarakat sekarang, “Ada harga ada rupa.” Keberhasilan besar seseorang memang harus membayar dengan tangguh dan ketajaman pikiran. Bukan mental keropos dan pikiran dangkal.
Semoga Allah kuatkan kita semua menjadi manusia yang sabar dalam mengikuti kebenaran wahyu.*