Bakda Subuh (8/4/24) yang hening di Masjid Ummul Quro Depok, saya bersama Ketua Umum Pemuda Hidayatullah, Bang Rasfi, kemudian founder Rumah Sejarah Indonesia, Bang Hadi terlibat diskusi penting yang mendalam. Kalau harus di ekstrak, maka akan lahir sebuah kesimpulan bagaimana kita bisa menghidupkan spirit pelaku sejarah.
Kalimat itu penting dan sekaligus menantang jiwa. Pasalnya banyak orang paham sejarah, kagum dengan sejarah, terutama tokoh-tokoh hebat masa silam. Namun belum berhasil menjadikan itu semua sebagai ruh yang menggerakkan diri mau berkiprah seperti mereka yang selalu kita banggakan.
Saya memberikan sebuah ilustrasi, “Bayangkan kalau M. Natsir ada bersama kita, Bung Hatta bersama kita, Ustadz Abdullah Said bersama kita. Tentu mereka akan mendorong kita bekerja lebih keras, lebih baik, daripada yang telah mereka lakukan. Mereka akan sangat tidak nyaman kalau yang bisa kita lakukan hanya memuji-muji mereka. Tetapi kita tidak mengikuti jejak langkah mereka dengan semangat yang lebih membara.”
Baca Lagi: Indahnya Alquran Kala Menusuk Hati
Bang Hadi dan Bang Rasfi tampak kesetrum dengan ilustrasi tersebut. Indikasinya, wajah mereka menjadi tampak sangat serius dan berusaha mencerna dengan segera, langkah apa yang relevan untuk segera jadi agenda.
Imam Bukhari
Bebricara perjuangan, terutama dalam hal menjaga ajaran Islam, saya selalu ingat Imam Bukhari. Beliau rela berjalan dari satu titik ke titik lain, melintasi berbagai negara demi mendapatkan hadits. Dan, itu beliau lakukan selama 16 tahun. Bisa kita bayangkan bagaimana dedikasi yang beliau berikan untuk ad-din (Islam) ini.
Dan, saya tak pernah lupa dengan ilustrasi yang disampaikan oleh Adnin Armas, saat menjadi dosen kala saya kuliah di Pascasarjana Ibn Khaldun Bogor.
“Bayangkan, kalau istri Imam Bukhari itu seorang materialis. Abang 16 tahun pergi ke sana dan kesini, hasilnya cuma buku tebal ini, Bang?”
Ibrah
Dari secuil fakta sejarah itu, harusnya kita sadar bahwa menjadi penggurat sejarah memang agenda yang harus kita tetapkan. Tanpa itu, kita akan hidup layaknya kapas tertiup angin. Tak pernah tetap dalam sebuah pendirian.
Baca Juga: Sejarah Tulisan
Mari kita gali sejarah, mari kita cintai orang-orang yang berkibar dengan sejarah hebatnya. Tapi jangan berhenti sampai di situ. Mari hidupkan spirit sejarah itu melalui aksi kita sehari-hari.
Bahkan kita perlu melakukan evaluasi, hal apa saja yang bisa kita berikan untuk agama, bangsa dan negara ini. Jangan-jangan kita hidup hanya dengan kagum sejarah, tetapi pada sisi lain, sukanya menerima, mengambil. Bukan memberi!
Hal yang perlu kita catat, para tokoh dalam sejarah adalah sosok yang tak pernah berhenti memberi. Bahkan mereka memberi karena iman dan cita-cita. Artinya mereka tak pernah ragu bahwa kebaikan yang mereka dedikasikan akan menghasilkan kerugian. Mereka bahagia dunia dan akhirat insha Allah dan nama mereka berkibar menjadi pemantik kesadaran diri untuk terus berjuang.*