Home Kisah Menghadirkan Gagasan dan Perjuangan Ustadz Abdullah Said
Menghadirkan Gagasan dan Perjuangan Ustadz Abdullah Said

Menghadirkan Gagasan dan Perjuangan Ustadz Abdullah Said

by Imam Nawawi

Hari pertama Ramadhan (3/4/22), Pesantren Hidayatullah Depok langsung memanaskan suasana dengan gelaran Diskusi Ramadhan. Kali ini menghadirkan DR. Ir. Ustadz Abdul Aziz QM, M.si sebagai narasumber. Dalam uraiannya beliau coba menghadirkan gagasan dan perjuangan Ustadz Abdullah Said.

Menurut doktor pendidikan Ibn Khaldun Bogor itu, Ustadz Abdullah Said adalah sosok yang sejak belia telah memiliki cita-cita mulia untuk umat Islam.

Usia 12 tahun, Ustadz Abdullah Said sudah biasa khutbah di masjid-masjid besar di Makassar. Belum lagi gairahnya dalam membaca dan berorganisasi, hingga semangat amar ma’ruf nahi munkar.

Baca Lagi: Sahabat dalam Setengah Abad Hidayatullah

Sesi perjalanan Ustadz Abdullah Said berikutnya adalah di Balikpapan. Kemudian muncul niat untuk melakukan studi sekaligus komparasi perihal bagaimana membangun lembaga pendidikan yang progresif dari sisi perkaderan.

Ustadz Abdullah Said pun roadshow ke berbagai lokasi pesantren, tokoh penggerak umat dan lainnya. Namun karena memang sudah punya idealisme dan kerangka berpikir yang matang, akhirnya Ustadz Abdullah Said bertemu dengan anak-anak muda di Majelis Tarjih Muhammadiyah, lalu mengajak mereka berdakwah membangun pesantren di Balikpapan.

Manhaj

Setiba kembali ke Balikpapan, Ustadz Abdullah Said dalam perjalanannya sangat sering mengulas ayat ke dua Surah Jum’ah.

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Jumu’ah: 2).

Jadi pada ayat itu ada sistematika pembentukan pribadi Muslim, yakni fase tilawah, tazkiyah dan ta’limah. “Itulah sistematika,” tegas Ustadz Aziz, sapaan akrabnya.

Maka penting sekali hal ini menjadi kesadaran diri dalam mendidik generasi. Sebab, orang yang pintar tapi rusak jiwanya, maka ia akan mudah terserang penyakit sombong. Atau sebaliknya, jiwanya bersih tapi tidak memiliki ilmu juga tidak baik dalam kehidupan.

Jadi, tiga-tiganya (tilawah, tazkiyah dan ta’limah) harus ada dan berjalan secara sistematis.

Kemudian sampailah pada satu fase penting lahirnya manhaj Sistematika Wahyu yang secara substansi berkeseuaian dan memang menginspirasi Ustadz Abdullah Said, yakni Tafsir Sinar karya KH. Mas Mansur.

Pada saat kemudian muncullah konsep dari surah Al-‘Alaq itu, yakni pembantaian tagha (sifat sombong dalam diri manusia).

Jadi ketika itu, semua orang yang masuk ke Gunung Tembak, sarjana atau apapun, prosesnya sama, harus mengikuti Training Center (TC) selama 40 hari. “Sederhananya direndam di dalam empang,” kata Ustadz Aziz.

Kenapa harus melalui proses TC? Tidak lain agar manusia tidak lagi thaga sehingga syahadat yang ada dalam jiwa benar-benar kuat dan kokoh.

Penugasan Kader

Berbekal manhaj itulah kemudian Ustadz Abdullah Said memiliki satu konsep penugasan kader yang sebenarnya bisa dikatakan ekstrem. Sebab butuh perjuangan iman.

Karena orang baru menikah langsung dapat tiket tugas. Seperti ke Papua, tanpa alamat yang jelas untuk dituju.

Kemudian kepada kader yang bertugas itu, Ustadz Abdullah Said mengatakan bahwa Allah yang ada di Balikpapan, yang memberi jaminan rezeki dan kehidupan selama ini, Allah itu juga yang ada di Papua.

Baca Juga: Allah Tidak Pernah Berubah

Jadi, aqidah dan keimanan dalam diri seorang kader ditempa secara langsung lewat tugas-tugas perkaderan. Nah, itulah yang menjadi kunci, mengapa kader-kader Hidayatullah selalu siap tugas kapan dan dimanapun.

Inilah tugas generasi muda ke depan, memahami, menghadirkan dan menjadikan kekuatan manhaj Sistematika Wahyu dalam membangun dakwah dan tarbiyah umat. Sebagai kunci utama dalam perjuangan umat.

Islam akan terpelihara dan terus berkembang dengan baik mana kala orang-orang Islam sendiri memahami manhaj dakwah kemudian mau berkorban dan berjuang untuk kemajuan umat Islam.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment