Mas Imam Nawawi

- Hikmah

Menggali Hikmah Buka Puasa

Buka puasa mungkin tidak banyak yang mencoba untuk memahaminya dengan mendalam, hingga bertemu hikmahnya. Hal ini wajar bagi kebanyakan orang. Pertama, karena buka puasa menjadi biasa setelah hampir 20 hari Ramadhan berlalu. Kedua, orang tidak punya cukup waktu untuk melakukan kontemplasi, sehingga dalam hal buka puasa, adzan Maghrib menjadi momen paling istimewa yang senantiasa ditunggu. […]

Buka puasa mungkin tidak banyak yang mencoba untuk memahaminya dengan mendalam, hingga bertemu hikmahnya.

Hal ini wajar bagi kebanyakan orang. Pertama, karena buka puasa menjadi biasa setelah hampir 20 hari Ramadhan berlalu.

Kedua, orang tidak punya cukup waktu untuk melakukan kontemplasi, sehingga dalam hal buka puasa, adzan Maghrib menjadi momen paling istimewa yang senantiasa ditunggu.

Ketiga, buka puasa menjadi alasan ibu-ibu sibuk mengisi sore hari dengan penyiapan menu yang spesial.

Baca Juga: Puasa itu Produktif

Mungkin masih ada daftar tambahan dari sebab-sebab tersebut. Namun 3 poin itu sudah cukup untuk memanggil kita sadar bahwa selama ini buka puasa tidak banyak kita pelajari.

Kesedihan

Saat orang berpuasa, ia menahan lapar dan haus. Tetapi secara substansi ia sedang berupaya mengendalikan orientasi kesenangan dalam hidup.

Karena berpuasa, kita berhati-hati berbicara. Sebab puasa, kita lebih mudah untuk beribadah. Demi puasa yang berkualitas, kita terus berupaya mengisi waktu dengan produktivitas.

Namun, secara sosial, sesungguhnya haus dan lapar yang kita rasakan adalah secuil dari kesedihan mereka yang tidak memiliki harta.

Nyaris setiap hari mereka merasakan lapar sekaligus haus. Namun, karena iman, mereka mampu bertahan.

Dan, saat masa buka puasa tiba, kita mendapat izin untuk makan dan minum. Pertanyaannya adalah, setelah berbuka puasa, apakah perjuangan panjang yang penuh dengan rasa haus dan lapar masih bisa kita rasakan?

Jadi, buka puasa memberikan sebuah pelajaran pasti, bahwa sesulit apapun hidup, kesedihan yang bagaimanapun melanda, percayalah akan tiba masa berbuka, masa Allah datangkan kebahagiaan bagi jiwa.

Oleh karena itu jangan tergesa-gesa, jangan kehilangan semangat, optimisme dan keyakinan yang teguh akan pertolongan Allah.

Keserakahan

Saat buka puasa, ketika makan dan minum telah bisa kita lakukan, kita juga bisa belajar langsung. Belajar nyata bahwa makan dan minum harus sesuai kebutuhan. Tidak perlu berlebihan apalagi sampai melampiaskan keserakahan.

Baca Lagi: Indahnya Hidup dengan Nilai-Nilai Islam

Perhatikan, betapa kita tidak mampu makan dan minum dalam jumlah yang banyak sekalipun seharian telah lapar dan haus.

Hal itu menandakan bahwa dalam hidup ini kita cukup memenuhi kebutuhan diri. Jika ada kelebihan, maka bagikan, sebarkan, bahagiakan sesama. Jangan menggenggam seperti kera yang tak punya rasa kemanusiaan.

Dengan demikian, dari buka puasa kita bisa mengambil hikmah bahwa hidup memang tentang bagaimana merasakan kepahitan dan kesulitan, bahkan mungkin kesedihan.

Hal itu akan menyelamatkan hati dari angan-angan hawa nafsu, bahwa bahagia itu sibuk mengisi perut dengan makanan dan minuman melebihi kebutuhan.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *