Home Kisah Mengenalkan Hidup Pada Kaum Muda Hanya Soal Sekolah, Itu Berbahaya
Mengenalkan Hidup

Mengenalkan Hidup Pada Kaum Muda Hanya Soal Sekolah, Itu Berbahaya

by Imam Nawawi

Pagi sekali hari ini (22/1) saya sudah di Jakarta. Usai melalui jalanan yang basah karena hujan semalam, saya bertemu dengan buku Robert T. Kiyosaki “Rich Dad, Poor Dad”. Buku yang sepintas seperti mengajarkan materialisme. Tapi saya tetap membuka, coba menemukan sesuatu. Ternyata ada, yakni bagaimana kita mengenalkan hidup kepada kaum muda.

Mungkin sebagian kita bertanya, mengapa anak muda sekarang kurang inisiatif, tidak proaktif dan lain sebagainya? Mungkin itu karena mereka hanya kita beri tahu jalan sukses itu dengan sekolah dan kuliah. Lalu bekerja di tempat yang bagus secara ekonomi.

Bahkan boleh jadi, kita sebagai orang tua, terkadang tidak siap dengan pemikiran dan pendapat anak muda yang berbeda tapi mencerminkan perkembangan yang terjadi. Seperti uraian buku itu pada pengantar, yang menjadikan seorang ibu mendapat “kuliah” dari anaknya sendiri.

“Dunia sekitar telah berubah, bahkan sangat cepat, tetapi nasihat yang kita berikan tidak atau belum berubah,” tulisnya.

Lalu ia melanjutkan bahwa dirinya tidak bisa lagi memberi nasihat yang sama seperti kala dirinya masih muda. Dunia berubah dengan sangat cepat.

Nasihat: “Pergilah ke sekolah, raihlah nilai yang baik, dan carilah pekerjaan yang aman dan terjamin” itu sudah tak lagi relevan. Begitulah kisah dari buku tersebut.

Bernilailah

Masih dalam buku itu, memberi nasihat anak, “Belajarlah yang giat dan rajin dan carilah sebuah pekerjaan yang bagus,” itu berbahaya.

Berbahaya karena tidak relevan lagi. Dan, lebih dalam, itu tidak menguntungkan karena anak hanya dikenalkan tentang bahaya kurangnya materi.

Merenung sejenak, saya teringat kepada nasihat Luqman Al-Hakim kepada anaknya.

“Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”.(QS. Luqmân: 31)

Nasihat itu menurut para ulama adalah nasihat yang sangat berharga. Hal itu karena syirik adalah kezaliman amat besar.

Dalam kata yang lain, kita sebagai orang tua harus bisa memberikan nasihat kepada anak muda, bahwa hidup ini bukan semata soal harta benda (meski itu tetap perlu). Akan tetapi hidup yang sejati jangan sampai ada kesyirikan di dalam hati.

Baca Juga: Kaum Muda Bisa Menjawab Tantangan Zaman, Asal…

Orang yang tulus imannya kepada Allah, ia akan menjadi pribadi bernilai. Sosok yang dapat memberi inspirasi bagi kehidupan.

Orang tidak akan membicarakan berapa depositonya. Namun akan merasa kiprah hidupnya terus hadir memberi energi. Itulah kehidupan Rasulullah SAW.

Bahkan kalau ia kaya dan imannya menyala, maka orang akan melihat bahwa kekayaan yang barokah akan terus bermanfaat, bernilai guna. Seperti itulah Utsman bin Affan ra. Ia mulia, kaya dan bernilai.

Terampil

Meski begitu kita jangan salah tangkap, anak-anak kita harus punya pengetahuan plus keterampilan. Seperti Nabi Muhammad SAW, beliau pedagang. Begitu pun Nabi Yusuf as, beliau ahli perekonomian dan keuangan negara.

Fakta itu cukup menjadi bukti bagi kita bahwa cara kita mengenalkan anak-anak tentang hidup adalah bagaimana mereka beriman dan terampil.

Kata Kang Maman, kalau kita terampil, berdaya dengan keterampilan kita, tidak perlu kita mengemis pekerjaan, apalagi korupsi karena merasa inkompeten.

Jadi, hidup dengan kekayaan harta itu boleh, asal halal dan kita gunakan untuk kebaikan. Namun, jangan terobsesi dengan harta hanya karena ingin hidup enak.

Belajarlah kepada mereka yang dalam sejarah tak lelah berjuang demi iman dan kebaikan semua. Mereka mengorbankan keenakan dunia demi keenakan yang sesungguhnya.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment