Malam belum begitu larut. Mata saya menyapu rak buku perpustakaan Majalah Sahid di Jakarta. Bertemulah dengan buku karya Dr. M. Ratib an-Nabulsi dengan judul “7 Pilar Kehidupan.” Salah satu bahasan menarik adalah perihal syahwat.
Syahwat sejauh ini banyak orang pahami sebagai sumber kekuatan negatif dalam diri manusia. Padahal, syahwat sifatnya netral. Begitu yang Dr Ratib jelaskan.
Bukti syahwat netral, Allah tetap memberikan jalan agar manusia dengan syahwatnya dapat menjadi insan yang baik dan penuh akhlak.
Baca Juga: Kuatkan Sifat Kasih dan Sayang
Allah hanya melarang, manusia jangan salah memposisikan syahwat. Dari yang seharusnya tunduk kepada Allah malah jadi raja yang memperbudak manusia.
2 Hakikat
Syahwat terdiri dari dua hakikat. Hakikat pertama, syahwat Allah ciptakan sebagai tangga manusia naik kepada Allah.
Syahwat sebagai tangga, sebagai media untuk mendaki sekaligus turunan-turunan yang akan menjerumuskan manusia. Jadi syahwat bersifat netral, bisa membawa Anda naik menuju Allah atau menjerumuskan Anda ke tingkatan manusia paling rendah.
Hakikat kedua, syahwat Allah ciptakan lengkap dengan saluran yang bersih sebagai media manusia mengekspresikannya.
“Kecintaan kepada perempuan misalnya, saluran yang bersih baginya adalah pernikahan,” tegas Dr Ratib.
Jadi, manusia dengan syahwatnya akan bahagia kalau menyalurkannya sesuai tuntunan agama Islam.
Bahan Bakar Mobil
Satu hal lagi adalah ilustrasi yang menarik kita renungkan.
Bahwa syahwat dalam diri manusia itu seperti bahan bakar di dalam mobil.
Bila bahan bakar itu disimpan dalam penampungan yang tersedia, kemudian disalurkan melalui pipa yang juga disiapkan, maka bahan bakar itu akan melahirkan energi gerak yang bermanfaat.
Akan tetapi, jika bahan bakar itu keluar dari jalurnya dan membanjiri badan mobil, ia akan membakar kendaraan sekaligus penumpang dan pengemudinya.
Baca Lagi: Laut dan Pikiran Manusia
Dengan demikian, syahwat itu penting. Dan, sangat penting menempatkan pada tempat yang semestinya, sebagaimana dua hakikat syahwat itu sendiri.*