Logika itu bernalar untuk membedakan penalaran yang tepat dari penalaran yang tidak tepat.
Kata milenial, harusnya membangun sikap seperti apa?
Jika dilihat dari kecanggihan smartphone dan media sosial, milenial berarti generasi yang cerdas dan superior di dalam bermedia sosial. Apakah itu terjadi?
Jika milenial hanya dipahami sebagai cara berlindung dari ketidaksiapan diri berjuang dan berkorban, maka cara berpikir seperti itu tidak tepat dan tentu saja merugikan diri sendiri.
Baca Juga: Memahami Hukum Sukses
Logika dalam kamus Mujid artinya hukum memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir.
Prof. Thaib dalam ilmu Mantiq mengatakan logika adalah ilmu untuk menggerakkan pikiran pada jalan yang lurus dalam memeroleh suatu kebenaran.
Obyek logika ada 3
Pertama, materil: penalaran alias cara berpikir.
Kedua, formal: hukum, prinsip, dan asas.
Ketiga, produk (konsep, proposisi dalam bentuk ungkapan lisan atau tulisan).
Mulai Kembali Berpikir
Setelah mengenal konsep berpikir tersebut, maka langkah penting saat ini ialah segera mulai berpikir.
Sebagai misal, jika seseorang adalah mahasiswa (orang yang paling cinta ilmu) maka sudah seharusnya dalam 24 jam agenda utama ia adalah belajar.
Jika seorang adalah wakil rakyat, maka sudah sepatutnya ia memperjuangkan nasib rakyat.
Baca Lagi: Nikah itu Rasional
Kalau kemudian ternyata lebih tunduk pada kehendak yang bukan dari rakyat, maka sejatinya ia bukan wakil rakyat, tetapi pengkhianat rakyat. Begitu logikanya.
Pada akhirnya apabila semua segera memulai berpikir dengan benar, maka hal itu akan mendorong satu perbaikan dan perubahan lebih baik.
Hal itu mungkin sekali terjadi karena orang mau berbondong-bondong berpikir kembali secara logis yang berlandaskan iman dan takwa.
Inilah (iman, takwa dan logika) perkara yang tidak mungkin hilang hanya karena kemajuan komputer dan internet.*