Selama ini mungkin sebagian orang lupa, apakah hatinya hidup atau mati. Tapi hal paling penting kita tanyakan adalah bagaimana langkah menghidupkan hati seseorang? Tidak ada cara lain kecuali dengan mengenal Allah.
Itulah kalimat inti yang saya peroleh dari mengikuti kajian Kitab Fiqhu Asmaul Husna karya Syaikh Abdurrazaq Al-Badar, yang Ust. M. Dinul Haq, Lc, bawakan. Kajian itu berlangsung di Pesantren Hidayatullah Balikpapan (20/4/25).
“Ini adalah ilmu yang paling tinggi dan paling mulia,” ungkapnya.
“Karena hati seorang hamba tidak akan hidup kecuali ia mengenal Penciptanya, mencintai-Nya, beribadah kepada-Nya, dan merasa terjaga karena dekat dengan-Nya.”
Logika terbaliknya, ketika orang mengenal fungsi uang, ia rela melakukan apapun, yang penting dapat uang. Padahal sejatinya, kita mengenal Allah SWT idealnya lebih baik daripada mengenal uang.
Hidup Tanpa Ma’rifatullah: Lebih Rendah dari Hewan Ternak
Namun, apa jadinya jika seseorang menjalani hidup tanpa mengenal Allah? Dalam kajiannya, Ustaz Dinul Haq mengingatkan bahwa banyak manusia hidup seperti hewan ternak—bergerak tanpa arah, makan tanpa rasa syukur, dan mati tanpa makna.
“Yang sangat mengherankan,” tuturnya, “adalah kondisi manusia yang berlalu zaman dan habis umurnya, sementara hatinya tidak merasakan nikmat hidup mengenal Allah SWT dan dekat dengan-Nya.”
Beliau menegaskan, “Hidup mereka lemah, tidak ada pegangan. Kalau mati, hanya kebinasaan yang menanti. Dan pada hari kebangkitan, mereka hanya bertemu penyesalan dan kerugian.”
Jadi, dampak tidak mengenal Allah benar-benar sangat berbahaya bagi orientasi hidup seseorang.
Hukuman Terberat di Dunia: Lidah yang Terkunci dari Zikir
Di tengah penjelasan tentang pentingnya mengenal Allah, Ustaz Dinul Haq menyampaikan peringatan yang begitu tajam.
“Hukuman paling berat di dunia ini,” katanya, “adalah Allah SWT mengunci lisan seseorang dari mengingat nama-nama-Nya yang mulia.”
Jadi, kita mesti waspada. Kalau jarang menyebut nama Allah, artinya hati kita dalam bahaya. Oleh karena itu perbanyaklah mengingat Allah dengan kesadaran, takut dan harapan.
Menghidupkan Hati dengan Ma’rifatullah
Ustaz Dinul Haq kemudian mengajak untuk merenungkan kebesaran Allah melalui nama-nama-Nya yang indah.
Setiap asma memiliki makna mendalam yang bisa menjadi pedoman hidup.
“Ketika kita mencintai Allah, beribadah kepada-Nya, dan merasa terjaga karena dekat dengan-Nya, barulah hati kita benar-benar hidup,” tutur beliau.
Dalam kata yang lain, hidup tanpa mengenal Allah ibarat tubuh tanpa ruh—ada, tapi kosong. Padahal kita diciptakan bukan untuk sekadar bernapas, melainkan untuk mengenal, mencintai, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Itulah hamba dan demikianlah khalifah-Nya.
Urgensi Mengenal Allah
Dengan demikian kita dapat memahami bahwa mengenal Allah adalah pondasi. Kita mesti hidup dengan mengenal Allah, karena tanpa-Nya, segala yang kita miliki hanyalah fatamorgana.
Semoga kita semua termasuk hamba-hamba Allah yang beruntung karena mengenal Allah dan mencintai-Nya.
Dari kajian itu kita dapat mengambil kesimpulan, pastikan setiap hari kita ingat kepada Allah dan menyebut-Nya. Karena menyebut asma Allah itu tanda paling kuat hati kita masih benar-benar hidup.*