Home Artikel Mengemas Pesan Dakwah: Sederhana, Menginspirasi, dan Efektif
Mengemas Pesan Dakwah

Mengemas Pesan Dakwah: Sederhana, Menginspirasi, dan Efektif

by Imam Nawawi

Dalam dakwah, penyampaian pesan harus sederhana dan inspiratif. Itulah mengapa kita butuh latihan mengemas pesan dalam dakwah.

Hal itu agar orang mudah memahami, kemudian mampu merekamnya dalam hati dan kesadaran. Mengenai bahasan ini, saya terinspirasi oleh Donald Miller dalam Building a StoryBrand, yang menekankan pentingnya komunikasi sederhana dan berbasis cerita.

Saya membaca buku itu kemarin sore (24/2) ketika hujan cukup panjang memeluk bumi di kawasan Citayam, Depok, Jawa Barat.

Kembali ke soal komunikasi dalam pandangan Miller. Banyak pesan gagal tersampaikan karena terlalu rumit. Mungkin cara kita menyusun kalimat atau gaya kita menuturkan gagasan.

Menurut Mike McHargue, yang Miller kutip dalam buku itu. Otak manusia memiliki keterbatasan dalam memproses informasi.

Oleh karena itu, seorang dai perlu menyusun pesan dengan bahasa yang jelas dan tidak bertele-tele. Teknik bercerita menjadi alat yang ampuh dalam membangun pemahaman yang lebih baik.

Kisah memiliki struktur alami—pengantar, konflik, dan penyelesaian—yang membuatnya lebih mudah dicerna.

“Kemasan” Kisah dalam Alquran

Alquran sendiri menghadirkan teknik storytelling dalam menyampaikan pesan moral dan spiritual. Ilmu cognitive psychology menunjukkan bahwa informasi berbentuk narasi lebih mudah diingat dibandingkan fakta abstrak.

Selain itu neurosains juga membuktikan bahwa cerita merangsang area otak yang mengatur empati dan respons emosional, membuat pesan lebih berkesan.

Sisi yang sama, kisah dalam Alquran memberikan contoh nyata dalam menghadapi tantangan hidup. Pendekatan ini selaras dengan experiential learning, yang lebih efektif dibandingkan teori murni.

Alquran sering mengajak manusia untuk berpikir dan mengambil pelajaran dari kisah yang disampaikan, seperti dalam QS. Yusuf: 111.

Dengan mengedepankan kesederhanaan dan kekuatan cerita, pesan dakwah tidak hanya lebih mudah dipahami tetapi juga membangun kesadaran keislaman dan menginspirasi perubahan positif di tengah masyarakat.

Seorang dai yang mampu mengemas pesan dengan baik akan lebih efektif dalam membangun hubungan spiritual yang kuat dengan jamaah.

Relevansi

Kisah dalam Alquran kaya akan interpretasi (catatannya tetap sesuai dengan kaidah Islam). Dari sudut pandang ilmu modern pun bisa kita gali makna-makna segar dari apa yang Alquran tuturkan.

Misalnya, ungkapan Nabi Yusuf, bahwa nafsu itu selalu mendorong pada keburukan (QS. Yusuf: 53). Ayat itu bisa menjadi landasan kita untuk melihat mengapa orang di masa sekarang mudah melakukan kezaliman, fitnah, korupsi, hingga pembunuhan.

Kemudian mengapa penguasa cenderung seenak hati dalam menentukan apapun. Tidak siap mendengar kritik dan sebagainya.

Problem dasarnya satu, yakni nafsu yang tak terkendali. Oleh karena itu kita butuh ingat kepada Allah, agar nafsu diri mendapat rahmat dari Allah, sehingga kita terhindar dari keburukan.

Sebaliknya kita bisa membawa kisah bagaimana Umar ra memeluk Islam. Pria gagah yang tempramen itu dulunya sangat membenci Islam bahkan ingin membunuh Rasulullah SAW.

Tetapi begitu hidayah menyapa hati, Umar tetap Umar. Tetapi watak dan orientasi hidupnya selaras dengan nilai-nilai Islam. Penuh rahmat, adil dan tegas. Setiap hari keinginannya satu, rakyatnya taat kepada Allah dan hidup tidak kekurangan.

Berdakwah adalah tugas, hasil ada dalam genggaman Allah. Maka mari perbaiki cara-cara kita berdakwah agar ada kebaikan yang Allah berikan kepada kita. Karena pesan yang menembus hati orang lain, bukan karena kita yang pandai, tapi Allah yang memutuskan.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment