Sorot mata publik dunia kini mengarah pada Piala Dunia Qatar 2022. Semua tim yang berjaya sedang bekerja keras mengejar juara di Piala Dunia.
Malam ini akan hadir sajian perdana dari jadwal piala dunia yang memasuki babak 8 besar. Brazil melawan Kroasia menjadi perhatian publik dunia, termasuk Indonesia.
Delapan negara sedang membakar semangat dan menyiapkan mental untuk sukses mengejar gelar juara Piala Dunia Qatar 2022.
Dari 8 negara yang akan melaju ke babak perempat final, sebagian besar adalah tim elit Eropa dan Amerika Latin. Kemudian satu negara dari Afrika, yaitu Maroko.
Baca Juga: Qatar Bagus atau Jelek?
Dan, malam ini alias 9 Desember 2022 menjadi jadwal perdana yang akan publik dunia nikmati. Belanda, Argentina, Prancis, Inggris, Kroasia, Brasil, Maroko dan Portugal.
Kerja Keras
Piala Dunia Qatar 2022 sebenarnya hanya sajian olahraga dengan level menghibur terbaik dalam tataran global.
Namun, masing-masing tim harus benar-benar memiliki kesiapan, mulai strategi, fisik, hingga pola permainan.
Negara yang akan tampil menang biasanya orang prediksi berdasarkan pengalaman bertanding selama ini, dari waktu ke waktu. Jadi wajar kalau selalu ada ungkapan orang memprediksi Brasil akan menang. Argentina atau bahkan Portugal. Walaupun pada 2022 ada Maroko.
Coba bayangkan, betapa hebatnya setiap tim bekerja keras untuk meraih juara, baik fisik, mental maupun pemikiran.
Jalan ke Surga
Lantas, pernahkah kita berpikir, bagaimana dengan perjalanan menuju Surga. Apakah bisa kita gapai dengan santai?
Jawabannya jelas, tidak. Hal ini karena Allah Ta’ala sendiri memberikan penjelasan bahwa jalan orang bertakwa itu mendaki.
“Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? Yaitu melepaskan budak dari perbudakan. Atau memberi makan pada hari kelaparan, kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang fakir.” (QS. Al-Balad: 12-16).
Baca Lagi: Maroko dan Kibaran Bendera Palestina
Artinya, Piala Dunia Qatar 2022 sebenarnya adalah gambaran bahwa meraih juara tidak mudah. Apalagi meraih ridha Allah.
Kalau diri tidak mau menapaki jalan mendaki dengan peduli kepada sesama, maka sebenarnya walau pun diri rajin beribadah, maka itu tidak cukup untuk bisa meraih “juara” dalam kehidupan dunia dan akhirat.*
