Home Artikel Mengatasi Problem dengan Merilisnya: Sebuah Pembelajaran dari Ustaz Asep
Merilis Problem

Mengatasi Problem dengan Merilisnya: Sebuah Pembelajaran dari Ustaz Asep

by Imam Nawawi

Hari itu, saya berbincang dengan seorang pelatih yang sangat saya hormati. Beliau biasa disapa Ustaz Asep. Nama lengkapnya Asep Supriatna. Tema utamanya adalah perihal mengatasi problem dengan cara merilisnya.

Dalam percakapan yang santai namun penuh makna, beliau berbagi sebuah pemahaman yang begitu mendalam tentang bagaimana kita bisa mengatasi masalah dalam hidup ini.

Menurutnya, kunci untuk menghadapi problem adalah dengan memahami cara yang tepat untuk merilisnya.

Dan ini, tentu saja, bukan soal mengumumkan atau memberitahukan masalah seperti yang sering kita dengar di media. Ini tentang bagaimana kita bisa menerima kenyataan dan mengubah respon kita menjadi positif.

Memahami Jenis Problem

Merilis problem adalah sebuah langkah pertama yang lebih dalam: memahami jenis masalah itu, menerima kenyataan yang ada, dan bertekad untuk mengubahnya.

Ustaz Asep menjelaskan bahwa setiap masalah yang kita hadapi, jika tidak ditangani dengan bijak, akan mengakar dalam diri kita.

Sebagai contoh, seorang anak yang sering kali mendengar kata-kata pesimis dari orang tuanya, seperti “Jangan jajan terus, kamu kira uang itu datangnya mudah?”

Kata-kata semacam ini, jika diulang-ulang, akan membentuk pola pikir yang membebani anak sepanjang hidup.

Meskipun kalimat tersebut mungkin hanya niatnya untuk mengingatkan, efek jangka panjangnya bisa sangat besar. Anak yang tumbuh dalam lingkungan dengan kata-kata pesimis mungkin akan membawa beban tersebut dalam hidupnya, bahkan tanpa ia sadari.

Cara Merilis Problem

Lantas, bagaimana kita bisa merilis masalah semacam ini?

Merilis problem, menurut Ustaz Asep, adalah dengan pertama-tama mengakui bahwa ada sesuatu yang salah dalam pola pikir atau sikap kita.

Kita harus menerima kenyataan tersebut, bukan dengan rasa putus asa, tetapi dengan tekad untuk mengubahnya.

Contoh, misalnya, Anda mendapat tugas yang terasa sangat berat dan menantang di pekerjaan. Alih-alih merasa frustrasi dan membiarkan perasaan tersebut menguasai diri, Anda memilih untuk menerima bahwa tugas tersebut adalah bagian dari pekerjaan Anda dan kesempatan untuk berkembang.

Dengan cara ini, Anda mengubah respons Anda menjadi lebih positif, seperti menyusun rencana yang lebih terorganisir dan bekerja dengan semangat untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Pentingnya Berkata Baik

Ini juga yang diajarkan dalam Al-Qur’an, yang selalu mendorong kita untuk berkata-kata baik. Setiap kata yang kita ucapkan memiliki kekuatan yang besar.

Kebaikan atau keburukan yang datang dari kata-kata kita akan membentuk hidup kita. Jika kita terus mengucapkan kata-kata baik, kita akan menarik kebaikan dalam hidup kita. Sebaliknya, kata-kata pesimis akan membawa kita pada cara pandang yang sempit dan penuh keraguan.

Saya teringat pada seorang teman yang begitu dermawan dan suka beramal sholeh, terutama dalam bentuk wakaf. Meskipun wakaf, terutama wakaf tanah, bukanlah hal yang mudah dilakukan karena melibatkan nilai yang besar, dia tetap melakukannya.

Tanah 1000 meter persegi di daerah Jabodetabek yang ia wakafkan bukan keputusan yang datang begitu saja. Secara matematika dan kalkulasi ekonomi, tentu ada banyak pertimbangan yang bisa membuatnya ragu.

Namun, sejak kecil, ia selalu berkata pada dirinya sendiri bahwa suatu saat ia ingin memiliki harta yang cukup untuk kemudian mewakafkan sebagian darinya untuk kepentingan Allah.

Dan, pada akhirnya, ucapan-ucapan positif yang ia tanamkan sejak kecil itu terwujud. Ini menunjukkan bahwa ucapan kita—baik yang kita ucapkan pada diri sendiri maupun kepada orang lain—memiliki dampak yang besar dalam hidup kita.

Pada intinya, merilis masalah adalah cara untuk melepaskan diri dari belenggu yang kita ciptakan sendiri melalui kata-kata dan pikiran negatif.

Seperti kisah Nabi Yusuf, meskipun ia menghadapi berbagai ujian berat dalam hidupnya, ia tidak pernah kehilangan harapan atau mengucapkan kata-kata negatif.

Yusuf tetap memelihara keyakinan bahwa kebaikan akan datang pada waktunya, dan ia tetap teguh pada prinsipnya.

Langkah Langsung

Untuk bisa merilis problem dalam hidup kita, ada dua langkah praktis yang bisa kita coba.

Pertama, gunakan waktu malam untuk tahajud. Dalam keheningan malam, kita bisa berbicara dengan Tuhan, memohon petunjuk dan kekuatan untuk mengatasi masalah.

Kedua, kita bisa menuliskan segala hal yang menghambat kemajuan kita. Tulis apa saja yang menghalangi kita untuk maju, bahkan jika itu adalah istighfar. Tulis berulang kali hingga kita benar-benar menyadari dan merubah pola pikir kita. Dengan cara ini, kita mulai mengubah kesadaran kita, memprogram ulang diri kita untuk menghadapi masalah dengan cara yang lebih baik.

Merilis masalah bukan hanya sekadar mengatasinya, tetapi juga mengenali dan menerima diri kita. Kemudian bertekad untuk berubah.

Ini adalah langkah pertama untuk membebaskan diri dari beban yang kita bawa selama ini, dan memulai perjalanan menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih bermakna.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment