Tidak sedikit orang sekarang merasakan lelah dalam hidupnya. Apakah karena mereka benar-benar bekerja keras, boleh jadi iya. Akan tetapi apakah benar itu satu-satunya sumber orang mudah lelah dalam menjalani hidup?
Ketika orang bergerak, entah itu badan, pikiran, bahkan hati, dan orientasinya adalah hal-hal yang sifatnya bendawi, pasti akan lelah.
Karena badannya akan selalu sibuk saat mendapat perhatian manusia. Ia berusaha ekstra namun tidak menghasilkan apa-apa. Sebab ia lupa mengasah keterampilan dari dimensi fisiknya.
Baca Juga: Isilah Hari dengan Kerja Keras
Ia hanya heboh, kalut, dan sungguh-sungguh, kalau ada mata yang ia anggap lebih kedudukannya mulai mengawasinya. Ia tidak benar-benar bergerak karena kesadaran imannya.
Orang Cerdas yang Menjadi Budak Orang Bodoh
Tidak sedikit orang yang memiliki kecerdasan kognitif luar biasa hidup sangat kelelahan. Bukan karena ia berpikir 24 jam tanpa henti.
Akan tetapi itu semua terjadi karena dengan kecerdasan yang dimiliki, ia rela menjadi budak dari orang-orang yang justru jahil.
Orang-orang seperti itu rela dengan anugerah kecerdasan otak duduk sebagai seorang staf, ajudan atau apapun istilahnya.
Bagi dia, duduk dengan predikat itu memudahkannya menghimpun uang. Padahal, kalau ia gunakan kecerdasannya itu untuk kemaslahatan orang banyak ia akan menjadi mutiara.
Tetapi buat apa jadi mutiara, kalau dompet kosong. Apa gunanya menjadi orang yang ada dalam sejarah, seperti Buya Hamka dan Natsir, kalau keluarga tidak sejahtera secara ekonomi.
Bagi mereka, uang adalah kehidupan. Itu memang tidak salah, tetapi menjadikan kecerdasan berada di bawah kehendak orang yang rusak, sungguh bukan sebuah pilihan yang akan menguntungkan bagi dirinya.
Kerja Keraslah dalam Semua Dimensi Karena Allah
Saya sangat terinspirasi oleh sebuah ayat dalam Alquran.
“Katakanlah (Muhammad) ‘Cukuplah Allah menjadi saki antara aku dan kamu sekalian. sungguh Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Isra: 96).
Baca Lagi: Manusia Text Book Thinking
Ayat itu memang menerangkan tentang posisi Nabi Muhammad sebagai utusan Allah. Apakah orang kafir percaya atau tidak, Muhammad tetaplah utusan Allah. Dan, cukup Allah yang menjadi saksi akan hal itu.
Jika kita tarik dalam ranah kehidupan, maka sudah seharusnya kita menggerakkan badan, pikiran dan hati hanya karena Allah. Dan, cukup Allah sebagai saksi.
Betapa Alquran mengisahkan kehidupan Nabi Yusuf AS, orang yang teraniaya kemudian menjadi penguasa. Yang atas izin Allah ia mampu menghadirkan kemaslahatan bagi sebuah bangsa yang terancam hancur karena bencana kelaparan.
Jadi, kalau hidup ingin plong, bahagia dan tidak dikejar-kejar rasa bersalah dan dosa, dari sekarang mulailah melihat kemurnian diri dalam menghamba kepada Allah.*