Sebagian kita mungkin ada yang bertanya, mengapa ada orang berpikir buruk, bahkan ada yang berkata buruk? Sekali lagi, mengapa orang berkata buruk?
Orang juga ada yang memandang itu, ya, wajar. Karena dunia memang mempunyai dua sisi, kalau tidak kebaikan, ya, kejahatan. Kalau tidak kebaikan, ya, keburukan. Tetapi benarkah hanya seperti itu?
Dalam pelajaran filsafat kita kenal istilah radikal. Yaitu bagaimana kita harus berpikir radikal. Bagaimana kita mampu berpikir secara mendalam sehingga kita tahu sebuah masalah hingga ke akar-akarnya.
Baca Juga: Rumus Bahagia
Boleh jadi anggapan orang selama ini benar. Tetapi seperti kekuatan cahaya, sangat mungkin ada kebenaran yang lebih terang lagi. Inilah kita pentingnya bertanya, mengapa.
Lalai
Pernahkah kita melihat seorang anak yang kehilangan fokus belajar hanya karena dia melihat sang guru tidak lagi bersamanya?
Kondisi orang yang melakukan keburukan, baik ketika dia dalam pikiran ataupun mengucapkan kalimat, posisinya persis seperti anak yang hanya rajin belajar kalau ada pengawasan guru.
Ketika guru secara fisik tidak lagi ia lihat, maka hasrat dalam dirinya untuk melakukan keburukan kembali kuat. Inilah yang disebut dengan orang lalai.
Padahal di dalam surat al-Hadid ayat ke-4, Allah menerangkan bahwa Dia selalu bersama kita dimanapun kita berada.
Produktif
Apabila dengan hati terbuka dan pikiran jernih kita memahami ayat tersebut, maka sesungguhnya tidak ada yang menjadi pilihan kita selain daripada kebaikan yang produktif.
Dalam kata yang lain tidak ada detik demi detik yang kita lalui kecuali kebaikan.
Seperti seorang maling yang akan mencuri. Ia tahu bahwa tempat itu penuh CCTV, maka ia akan mundur terartur.
Baca Lagi: Negara Bahagia
Sedangkan dunia ini, kemanapun kita menyebar pada seluruh titik yang ada dalam kehidupan dunia, CCTV Allah selalu ada.
Jadi, gerak-gerik hati kita terpantau selalu oleh CCTV Tuhan semesta alam, Allah subhanahu wa ta’ala. Bukan hanya gerak badan dan ucapan, bahkan gerak-gerik batin.
Sekarang bagaimana kita memahami ini semua. Kalau meminjam sebuah lagu, persis sebuah lirik lagu, “Mau dibawa kemana hubungan kita” utamanya dengan Tuhan?*