Mas Imam Nawawi

- Artikel

Mengapa Nabi dan Rasul Gemar Mendidik Anak dengan Dialog?

Ada satu hal yang menarik saat kita membaca kisah para Nabi dan Rasul dalam mendidik anak-anak mereka. Meski mereka membawa kebenaran, mereka tidak memaksakan kehendak. Mereka lebih suka menggunakan dialog sebagai metode utama. Kenapa? Karena melalui dialog, anak merasa dihargai. Ia merasa diperlakukan sebagai pribadi yang penting. Ada penghargaan dari orang tua. Ada rasa hormat […]

Dialog itu Penting

Ada satu hal yang menarik saat kita membaca kisah para Nabi dan Rasul dalam mendidik anak-anak mereka. Meski mereka membawa kebenaran, mereka tidak memaksakan kehendak. Mereka lebih suka menggunakan dialog sebagai metode utama.

Kenapa?

Karena melalui dialog, anak merasa dihargai. Ia merasa diperlakukan sebagai pribadi yang penting. Ada penghargaan dari orang tua. Ada rasa hormat yang ditunjukkan. Dan itu membuat hati anak terbuka.

Tentu saja, cara ini bukan jaminan anak langsung berubah atau langsung menjadi baik.

Apalagi jika ia belum sampai pada tahap kesadaran akan tanggung jawab hidupnya sendiri.

Tapi setidaknya, kita sudah mengajaknya berpikir. Kita sedang menanam benih pemahaman.

Kuatkan Kesadaran Diri Anak

Ada satu fondasi penting dalam diri anak: kesadaran diri (self awareness).

Ini adalah kemampuan anak untuk memahami perasaannya, pikirannya, dan mampu mengevaluasi diri.

Dengan kesadaran ini, anak belajar:

  • Apa kekuatannya
  • Di mana letak kelemahannya
  • Bagaimana caranya berkembang

Kesadaran ini adalah pondasi. Jika pondasi ini kuat, maka apapun yang dibangun di atasnya punya dasar yang kokoh. Tapi jika tidak, bisa runtuh di tengah jalan.

Bukankah sering kita jumpai anak muda yang dulu rajin dan positif, tiba-tiba kehilangan semangat?

Bisa jadi karena pondasinya bukan kesadaran diri, tapi hanya ikut-ikutan atau tekanan luar. Termasuk mungkin “paksaan” dari orang tua.

Jadi, Apa Pesan Kita?

Jangan hanya sibuk memberi tahu kebenaran. Sampaikan dengan cara yang membuat anak merasa dilibatkan. Libatkan mereka dalam proses berpikir. Ajak mereka berdialog.

Sebuah film yang saya tonton menceritakan fakta serupa. Jadi ada seorang ayah yang kolonel dengan pengalaman perang luar biasa. Tapi kala anaknya dewasa, bahkan sudah bisa menikah, cara mendidiknya masih sama, menganggap anaknya tetap anak kecil. Alhasil sang anak merasa sang ayah tak menghargainya.

Dari fakta atau cerita dalam film itu kita bisa memahami betapa dialog sangat penting.

Karena pendidikan yang baik bukan cuma soal apa yang disampaikan, tapi juga bagaimana cara menyampaikannya.

Dan dialog, adalah pintu masuk terbaik menuju hati seorang anak untuk memahami keinginan kita. Lebih jauh dapat menyadari apa yang penting bagi masa depan sang anak. Dengan begitu ia akan bergerak karena kesadaran. Tak perlu lagi ada paksaan, mood, atau rangsangan dari manapun.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *