Hidup ini ada yang mengatur. Rasanya kita semua sepakat, Tuhan, Allah SWT Yang Maha Mengatur. Tetapi mengapa masih ada orang yang tetap tidak peduli dan sebagian larut dalam kesedihan?
Mungkin kita tidak siap atau bahkan tidak suka dengan rute hidup yang kita jalani. Tapi sadarlah, daun jatuh pun Allah Yang Mengatur. Apalagi rute hidup manusia.
Coba kita perhatikan, sekarang begitu banyak reels tentang bagaimana proses shooting film berlangsung. Perhatikan baik-baik, orang yang berjalan, kemana jalannya, sendiri atau berdua, semuanya itu diatur. Bahkan mereka mulai jalan pun tunggu aba-aba. “Action.”
Lalu kenapa akal sehat kita sulit menerima secara utuh kalau Allah mengatur segalanya.
Tapi seperti ungkapan Abdurrahman Ghazi, orang kepercayaan Ertugrul Ghazi dalam Film Kurulus Osman. Saat ia menyaksikan teman-temannya yang ditawan Mongol mulai goyah dan berkata-kata yang tidak perlu. Abdurrahman mengutip ayat ke-214 Surah Al-Baqarah.
Sabar, Jangan Sedih
Ia berkata, “Meyakini ayat itu mudah bagi kita. Tetapi mengamalkannya, kita harus sabar. Tenang, jangan bersedih, bersabarlah”.
Sekarang kalau kita ingat masa kecil, jangankan Tuhan. Ayah dan Ibu kita, terkadang tidak memenuhi apa yang jadi kemauan kita.
Kenapa? Ya, karena tidak setiap yang kita mau, itu baik untuk kita. Itu baru manusia. Bagaimana dengan Allah SWT, yang menciptakan kita sebagai manusia.
Itulah sebabnya tugas kita yang utama adalah membangun kepercayaan kepada Allah (iman). Begitu ada iman, kita melangkah dengan penerang. Kita akan tahu mana lubang, mana bahaya dan mana jalan. Bahkan kita akan paham, bagaimana menjauh dari rayuan setan.
Jangan Sedih, Tapi Yakin
Dunia ini adalah alam yang Allah kehendaki jadi tempat ujian bagi siapapun. Jadi, kalau ada kesulitan, kesusahan dan kekurangan, jangan marah. Tidak usah sedih. Apalagi menyalahkan diri sendiri. Karena semua itu ujian.
Tugas kita sabar, mencari tahu apa kesalahan yang perlu kita perbaiki. Kemudian berusaha menempuh jalan yang baik dengan komitmen tinggi.
Tidak sedikit orang yang dalam pandangan manusia hidup enak. Jadi pejabat, anak dan istrinya bisa umroh dan haji setiap tahun. Tapi siapa sangka, kalau selama jadi pejabat dia ternyata tersandera kasus korupsi. Masa tuanya bukan tinggal damai bersama keluarga, tapi harus rela bernafas dalam penjara.
Perhatikan pula, mereka yang bertaubat. Dulunya seperti bahagia tapi hatinya hampa. Sekarang, hidupnya tenang. Kemana-mana kampanye kebaikan. Padahal sekarang ia bukan orang yang punya jabatan dan kekayaan.
Semua orang hidup di dunia ini pasti bertemu ujian. Perhatikan sejarah Nabi Adam as. Begitu turun ke dunia, Nabi Adam langsung Allah pisahkan dengan Siti Hawa. Mereka berpisah dalam waktu yang lama. Mereka saling mencari. Namun akhirnya Allah pertemukan.
Pertanyaan mendasar, mengapa Allah menguji? Agar Allah dapat memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat. Kemudian supaya Allah memberi pahala dan balasan baik kepada orang-orang yang gemar beramal shaleh.
Nikmat Allah Luas
Namun, sekalipun dunia ini tempat ujian, sebenarnya nikmat Allah sangat luas. Kalau ada yang bisa menghitung itu hebat. Tapi itu tidak akan pernah terjadi. Mustahil ada manusia yang bisa menghitung nikmat Allah, begitu ketetapan Allah.
Perhatikan hidup kita, bagaimana dahulu waktu masih anak-anak dan bagaimana sekarang kala dewasa?
Apakah Allah membiarkan kita tanpa nikmat?
Jadi, mari perbanyak bersyukur. Sungguh Allah memberi kepada kita sejak kita masih tidak ada lalu menjadi ada.
Dari kita lahir dan tak pernah berdoa, sampai pandai bicara, lalu mengeluh dan mulai berlatih berdoa.
Bukankah setiap tetes air susu ibu, itu hakikatnya dari Allah. Masih mau bantah?
Teknologi boleh maju secepat kilat. Tapi tak akan pernah ada industri yang mampu membuat air susu ibu. Renungkanlah!
Jadi, jangan bersedih. Hadapi masalah hidup ini dengan sabar dan syukur. Pada waktunya, Allah pasti akan memberikan pertolongan-Nya. Karena Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.*