Home Artikel Mengapa Koalisi Politik di Indonesia Rentan Bubar?
Mengapa Koalisi Politik di Indonesia Rentan Bubar?

Mengapa Koalisi Politik di Indonesia Rentan Bubar?

by Imam Nawawi

Koalisi politik merupakan salah satu strategi yang sering digunakan oleh partai politik untuk meraih kemenangan dalam pemilu. Dengan berkoalisi, partai politik dapat saling berbagi kekuatan dan sumber daya. Namun, belakangan, kita temukan fakta, bahwa koalisi politik sering kali rapuh dan mudah bubar.

Padahal pada masa awal, mereka berkali-kali mengatakan, koalisinya bagus, solid dan siap memperjuangkan kepentingan rakyat. Namun, seringkali ucapan itu hanya statement tanpa makna. Sebagian partai mudah saja melupakan apa yang mereka ucapkan.

Baca Juga: Politik Progresif Beradab

Lalu mengapa hal-hal seperti itu mudah terjadi?

Kepentingan Pragmatis

Banyak koalisi politik yang dibentuk bukan karena kesamaan ideologi atau visi misi, melainkan karena kepentingan pragmatis, seperti untuk meraih kemenangan dalam pemilu.

Koalisi politik yang hadir dengan motivasi pragmatis cenderung lebih rentan bubar, karena rentan terhadap perubahan situasi dan kondisi.

Tetapi dalam politik praktis, pragmatisme kadang menjadi hal yang “memaksa” pimpinan partai mengambilnya. Meski resiko kehilangan trust publik cukup besar. Mungkin mereka berpikir, itu hanya soal waktu, pada akhirnya publik akan lupa.

Seorang senior mengatakan kepada saya, berbeda jauh cara berpikir politisi dan orang non politisi. Orang non politisi akan tegak di atas idealisme. Sedangkan para politisi, sebagian harus banyak kompromi dengan pragmatisme.

Egoisme Partai

Perbedaan ego dan kepentingan antar-partai juga sering menjadi penyebab koalisi politik rentan rusak dan selesai.

Setiap partai politik tentu memiliki kepentingan dan tujuannya masing-masing. Jika tidak ada komunikasi dan kompromi yang baik, perbedaan ini dapat menimbulkan konflik dan akhirnya menyebabkan koalisi bubar.”

Dalam kasus Partai Demokrat yang undur diri dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan boleh jadi bagian dari masalah itu, kompromi dan komunikasi yang tersumbat.

Hambatan Komunikasi

Hambatan dalam komunikasi, apalagi komunikasi yang buruk antar-partai politik, juga dapat menyebabkan koalisi (dalam bahasa SBY) kandas dan terhempas.

Komunikasi yang buruk dapat membuat masing-masing pihak tidak memahami posisi dan kepentingan pihak lain. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman dan konflik yang akhirnya menyebabkan anggota dalam koalisi berpencar.

Sekalipun PKS tetap dalam mendukung Anies Baswedan – Cak Imin, ganjalan mengapa hal itu tidak berlangsung smooth tetap terungkap ke ruang publik.

Bagaimana Menjaga Soliditas Koalisi Politik?

Untuk menjaga soliditas koalisi politik, komitmen dan kerja keras dari semua pihak menjadi kunci utama. Nah, jika dalam koalisi satu dengan yang lain tidak terbuka dan mampu bekerjasama, memang soliditas adalah hal yang mustahil terwujud.

Lebih dari itu, kalau ada ketidakpuasan, prasangka atau hal yang potensial memecah koalisi, hendaknya kembali pada aturan dasar. Semua pihak harus bersedia menegakkan aturan main yang jelas dalam koalisi.

Baca Lagi: Memahami Politik dengan Rasional

Aturan main yang jelas dalam koalisi dapat membantu menghindari kesalahpahaman dan konflik. Nah, apakah itu telah ada dalam Koalisi Perubahan dan Persatuan?

Koalisi yang Serius

Koalisi politik merupakan strategi yang penting untuk meraih kemenangan dalam pemilu. Namun, koalisi politik di Indonesia rentan bubar karena berbagai faktor, seperti kepentingan pragmatis, egoisme partai, dan kurangnya komunikasi. Untuk menjaga soliditas koalisi politik, diperlukan komitmen dan kerja keras dari semua pihak.

Mungkin publik hari ini terfokus pada pamitnya Demokrat dari Koalisi Perubahan. Namun sejatinya dahulul pernah ada koalisi yang terbangun dengan kehebohan luar biasa, namun bubar tanpa sisa hari ini. Masih ingat Koalisi Indonesia Bersatu (KIB)?

Sekarang tinggal kita lihat, apakah Koalisi Indonesia Maju akan solid atau juga masih rentan terbelah? Politik tak satu pun orang bisa memastikan, akan seperti apa dalam kendali pikiran atau bahkan kekuatannya. *

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment