Belakangan di jagat pemberitaan ramai ulasan tentang naiknya kekayaan para pejabat di tengah pandemi, mulai dari meningkatnya kekayaan Presiden, Mengeri, hingga Gubernur. Pertanyaannya mengapa kekayaan pejabat disorot?
Hal itu tidak lain karena pejabat sejatinya pengemban amanah rakyat, idealnya mereka melayani rakyat dengan baik bahkan dengan pengorbanan.
Jadi, dalam konteks logika, jika ada pejabat kekayaannya meningkat selama menjabat, bisa dipastikan kinerja pelayanan kepada rakyat perlu dicek.
Baca Juga: Kekayaan Tak Terhingga Pilot Sriwijaya Air SJ 182
Apakah kekayaan yang diperoleh berbanding lurus dengan kesejahteraan yang dirasakan oleh rakyat.
Atau justru sebaliknya, kekayaan itu justru diperoleh tanpa ada perubahan kebaikan dan peningkatan kesejahteraan rakyat itu sendiri.
Teladan Sahabat
Karena mengemban amanah berupa jabatan rakyat itu tidak ringan, Umar bin Khathab melarang anak-anaknya untuk menginginkan jabatan.
“Tidak ada kaum keturunan Al Khattab hendak mengambil pangkat khalifah ini untuk mereka, Abdullah tidak akan turut memperebutkan pangkat ini,” kata Umar kepada kaum Muslimin.
Setelah itu, Umar bin Khattab menoleh ke arah Abdullah bin Umar, anaknya. “Anakku Abdullah, sekali-kali jangan, sekali-kali jangan engkau mengingat-ingat hendak mengambil jabatan ini!”
Kemudian kita bisa belajar pada Utbah bin Ghazwan. Ia adalah panglima militer kawakan.
Namun seiring dengan prestasinya membangun Kota Ubullah Bashrah dan kebijakannya yang menjadikan banyak pejabat sulit hidup mewah, ia diisukan oleh beragam rumor miring.
Seiring berjalannya waktu, Utbah menemui Khalifah Umar untuk diberhentikan sebagai gubernur. Namun Khalifah menolak.
Karena ketaatannya, maka Utbah pun pulang dari Madinah menuju Ubullah. Di tengah jalan Utbah berdoa.
“Ya Allah aku telah memohon kepada Khalifah yang wajib aku patuhi, agar memberhentikan diriku sebagai gubernur, namun ditolak. Maka aku mohon kepada-Mu yang mengangkat dan menurunkan pangkat agar Engkau mencopot jabatan ku,” pintanya dalam doa.
Doa Utbah itu kemudian dikabulkan oleh Allah. Di tengah perjalanan pulang ke Ubullah, Utbah menghadap Yang Maha Kuasa. Beliau wafat dalam posisinya masih menjadi pejabat sebagai seorang gubernur Ubullah.
Bagaimana Saat Ini?
Berbeda dengan masa sahabat, masa kini orang senang jika mendapat jabatan dan meningkat kekayaannya.
KPK melaporkan bahwa 70,3% harta kekayaan para pejabat naik selama masa pandemi Covid-19.
Pertanyaannya apakah mereka bahagia? Boleh jadi demikian. Tetapi kalau diberitakan, sepertinya kesenangan akan hal itu sedikit terganggu. Sebab fitrah manusia memang suka pada kejujuran.
Tetapi apapun itu, hakikatnya kelak semua harus dipertanggungjawabkan sendiri-senidir.
Rasulullah SAW pernah jelaskan bahwa kelak setiap manusia akan ditanya, mulai dari usianya, terutama usia muda, kemudian harta, darimana diperoleh dan kemana dibelanjakan. Selanjutnya ilmu dan amal.
Baca Lagi: Apa Bentuk Jihad Kita?
Dengan kata lain, kekayaan sejati ialah segala hal yang kita miliki dan itu maslahat baik di dunia maupun di akhirat. Bukan penyesalan di akhir jabatan apalagi di hari pembalasan.
Jadi kekayaan manusia dalam bentuk harta, utamanya pejabat sejatinya tidak saja disorot di dunia, tetapi juga disorot dengan teliti di akhirat nanti. Allahu a’lam.*