Mengapa harus pilih yang susah dan menyusahkan jadi bahasan kali ini karena terinspirasi sebuah peristiwa. Ya, peristiwa yang tak biasa saya dapatkan.
Ketika itu saya, Ustadz Anwar Djaelani dan teman-teman lainnya, termasuk Bang Hadi Nur Ramadhan serta juniorku, Puji Asmoro, juga kawan-kawan Dewan Dakwah, duduk di teras rumah seorang tokoh sejarawan Indonesia.
Sekitar 10 menit duduk dan berbincang-bincang, tiba-tiba ada sosok pria muda dengan pakaian jas lengkap berwarna coklat datang.
Baca Juga: Nikah Pada Waktunya
Ia meminta izin menggunakan sudut halaman rumah berwarna hijau dan bertingkat dua itu.
Sontak sahabat dari Dewan Dakwah, Bang Wildan Hasan menjawab. “Kami juga tamu di sini.”
Mendengar itu, tampaknya sang pria muda itu malah merasa dapat izin. Entah dia kurang mendengar atau apa. Akhirnya masuk bersama mempelai wanita.
Momen unik itu pun terjadi, ternyata mempelai wanita menggunakan gaun dengan bagian bawah pakaian yang panjang ke belakang.
Setiap melangkah, harus ada orang lain yang memegang gaun panjang ke belakang itu agar tidak menyapu tanah.
Ambil yang Mudah
Menyaksikan peristiwa itu, Ustadz Anwar Djaelani langsung memanggilku.
“Mam, itu bagus, kamu tulis,” ucapnya seraya tersenyum. Saya mengangguk tanda ok.
Sahabat sekalian, peristiwa itu tentu saja bukan hal buruk. Akan tetapi bukankah indah jika mempelai wanita lincah bergerak.
Tentu saja sang mempelai wanita tidak mau menyusahkan diri apalagi orang lain. Akan tetapi, mengapa yang disebut gaun pengantin harus identik begitu, merepotkan.
Sepertinya, perlu terobosan baru agar baju pengantin tak harus seperti itu. Ambil yang mudah tanpa harus mengabaikan aspek-aspek estetika dan tentu juga kemudahan dan syariah itu sendiri.
Semakin tidak mudah lagi mempelai wanita usai kebutuhan foto dan shooting dilakukan.
Saat hendak meninggalkan halaman dan kembali ke pelaminan, ia memutuskan melepas sepatunya yang menjadikan tinggi badannya mendadak bertambah.
Tetapi, dibalik sudut pandang saya yang mengutamakan hal yang mudah, semua itu ada makna filosofis yang boleh jadi sangat bernilai tinggi.
Pelajaran
Tentunya semua hal hadir bukan tanpa sebuah maksud dan tentu saja makna. Ada banyak hal yang dekat mengapa seorang pengantin harus berjalan tidak sama dengan gaya berjalan seperti biasanya.
Baca Lagi: Bismillah Menikah
Namun terlepas dari pendekatan rasio, Alquran memberikan penegasan bahwa Allah menghendaki kemudahan buka menghendaki kesulitan (QS. Al-Baqarah: 185).
Pelajarannya kita tetap menghargai itu semua. Namun jika memilih yang mudah dan memudahkan dengan tetap sarat makna, maka itu sungguh hal yang menarik untuk diutamakan.
Pertanyaan akhirnya, mau kah kita melakukannya?*