Mas Imam Nawawi

Menanam
- Hikmah

Mengapa Dunia Disebut Negeri untuk Menanam?

Pernahkah muncul dalam hati pertanyaan: “Mengapa dunia disebut negeri untuk menanam?” Orang terdahulu selalu melihat aktivitas petani yang bercocok tanam sebagai “pusat” pengamatan dan pembelajaran. Siapa menanam padi ia akan panen padi. Begitu pun kalau menanam yang lain. Sampai-sampai muncul pepatah, “Siapa menanam angin dia akan menuai badai”. Tapi kalau kita perhatikan, yang dimaksud menanam […]

Pernahkah muncul dalam hati pertanyaan: “Mengapa dunia disebut negeri untuk menanam?”

Orang terdahulu selalu melihat aktivitas petani yang bercocok tanam sebagai “pusat” pengamatan dan pembelajaran. Siapa menanam padi ia akan panen padi. Begitu pun kalau menanam yang lain. Sampai-sampai muncul pepatah, “Siapa menanam angin dia akan menuai badai”.

Tapi kalau kita perhatikan, yang dimaksud menanam bukan hanya upaya petani menanam padi, jagung, kedelai, dan lain-lain. Termasuk segala hal yang manusia lakukan.

Baru-baru ini ada berita seorang pria berusia 37 tahun, memperkosa anak di bawah umur di Makassar. Pria itu telah beristri dan memiliki 2 anak. Polisi pun melakukan pendalaman. Ternyata, pria itu setiap hari senang melihat video tak patut.

Kalau kita ambil paradigma dunia ini tempat menanam, maka pria itu memanen hasil perbuatannya. Karena perbuatannya destruktif, ia pun terjun ke dalam perilaku buruk dan tercela. Berita itu juga membuktikan kepada manusia bahwa setan bekerja dengan perlahan-lahan. Begitu jiwa lengah, terseret godaan, segera setan menjerumuskan manusia pada penyesalan.

Jadi mudah paham sekarang, bahwa setiap orang tidak akan melakukan sesuatu, kecuali ia telah menanam hal-hal yang mengarahkan dirinya pada hal tertentu.

Sebaliknya ada berita pelajar yang berhasil menemukan teknik mengamankan jemuran secara otomatis kala hujan akan turun. Ia berhasil menciptakan sensor deteksi suhu sehingga ketika hujan akan turun, jemurannya itu akan bergerak ke bawah atap secara otomatis.

Mengapa anak itu bisa melakukannya? Ya, ia menyiapkan semua aktivitas yang memungkinkan penemuan itu jadi hal nyata dalam hidupnya.

Panen Dua Kali

Menariknya, Allah SWT telah menetapkan bahwa setiap amal perbuatan akan Allah balas dua kali. Dalam kehidupan dunia dan juga kehidupan akhirat.

“Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak dan agar setiap jiwa diberi balasan (setimpal) dengan apa yang diusahakan serta mereka tidak akan dizalimi.” (QS. Al-Jaatsiyah: 22).

Ayat ini menekankan tanggung jawab individu. Setiap orang akan tiba pada masa, yang ia harus mempertanggungjawabkan seluruh tindakannya sendiri, bukan atas tindakan orang lain.

Jadi, kalau Nabi dan Rasul menjadi orang yang komitmen pada nilai wahyu, karena mereka sadar, itulah usaha yang paling menjanjikan kehidupan yang baik dan lebih baik. Kata Allah SWT, itulah perniagaan yang pasti menguntungkan.

Sebaliknya, sejarah telah memberikan rekaman kepada umat manusia, bahwa mereka yang melakukan kejahatan tanpa henti, pada akhirnya bertemu kebinasaan.

Seakan tak cukup satu ayat, Allah menegaskan kembali melalui ayat ke-70 Surah Az-Zumar.

“Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan.”

Perbuatanmu Tanamanmu

Dengan demikian, sampailah kita pada pemahaman bahwa setiap perbuatan manusia, itulah tanaman miliknya. Oleh karena itu Allah memberikan begitu banyak kesempatan manusia beribadah. Supaya waktu tidak terbuang sia-sia. Manusia bisa mengatur hidupnya dengan produktivitas tinggi. Ia siap kala shalat tiba waktunya. Kemudian ia senang saat tiba masa untuk beramal shaleh.

Bahkan ia menata hatinya sejak bangun tidur. Hendak memerhatikan apa. Dalam masa matahari bersinar, ia telah menyiapkan apa yang akan jadi prioritas perhatian dan tindakan.

Jadi, kalau kita mau berpikir holistik, betapa kita tak akan berhenti kagum kepada Allah SWT, yang menyediakan hidup di dunia ini dengan berbagai petunjuk yang menyelamatkan hidup kita dari memanen keburukan. Tugas kita sekarang adalah selalu berusaha sadar, bahwa pikiran, ucapan dan tindakan akan menjadi tanaman.*

Mas Imam Nawawi

 

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *