Home Kajian Utama Mengapa Ada Orang Memilih Takwa?
Takwa

Mengapa Ada Orang Memilih Takwa?

by Imam Nawawi

Kalau kita renungkan, orang beruntung bagi kebanyakan orang sekarang, tentu yang punya kekayaan. Apalagi bisa haji dan umroh berulang kali. Tapi benarkah begitu? Lalu mengapa ada kisah Uwais Al-Qarni, sosok yang justru tak bergelimang kenikmatan materi. Tetapi ia menjadi orang yang Allah dan Rasul-Nya muliakan. Kadang kala kita perlu bertanya, mengapa ada orang memilih takwa.

Bilal bin Rabah ketika masuk Islam dan hingga tuntas ia tak menjadi mujahid layaknya Khalid ra. Juga tidak tampil laksana Ibn Mas’ud atau Ibn Abbas ra. Begitu pun dengan Lukman yang Allah abadikan dalam Alquran.

Saat kita telusuri kandungan surah ke-31 dalam Alquran itu isinya malah tentang tauhid. Nasihat kepada anaknya peringatan agar tidak menyekutukan Allah. Mendirikan shalat, sabar dan jangan arogan.

Kita tidak menemukan nasihat seperti kekhawatiran banyak orang yang hidup sekarang. Dorongan yang umumnya tentang ketakutan soal pekerjaan. Tapi tidak takut menjadi orang yang lemah imannya.

Padahal kalau kita cek lebih dalam, kerusakan akhlak yang melanda negeri ini, sebab utamanya adalah iman yang lemah. Takwa yang rapuh dan akhlak yang buruk.

Lalu mengapa dahulu dan bahkan sekarang, tetap saja ada orang yang memilih jalan takwa?

Takwa itu Miliki Insan Visioner

Salah satu jawaban akan pertanyaan itu saya temukan dalam ayat ke-109 Surah Yusuf.

“Dan sungguh, negeri akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?”

As-Sa’di dalam tafsirnya menerangkan dengan menarik. Bahwa kenikmatan dunia sering kali membawa kesulitan dan tantangan, serta pada akhirnya pasti akan berakhir.

Berbeda dengan kenikmatan akhirat. Itu adalah sesuatu yang sempurna dan abadi, tak pernah hilang atau berkurang. Bahkan, kenikmatan tersebut terus berkembang dan tak pernah terputus.

Lantas, apakah kita sudah merenungkan hal ini? Apakah kita menggunakan akal sehat kita untuk memilih apa yang lebih baik dan abadi, daripada hanya mengejar kenikmatan sementara yang penuh keterbatasan?

Kekuatan Sikap

Ayat itu tentu saja mesti melahirkan sikap takwa secara jelas. Yaitu mengutamakan kehidupan akhirat. Ini tidak berarti kita harus abai dan kalah dalam urusan dunia.

Menjadikan akhirat lebih utama itu karena kita sadar itu yang terbaik. Kemudian, menjadikan dunia sebagai sarana ke akhirat artinya kita menghiasi diri dengan akhlak. Akhlak bukan semata sopan santun, tapi juga etos dalam kerja, moral dan karakter.

Orang bertakwa tidak akan menggunakan pragmatisme sebagai pakaian dalam kehidupan dunia ini. Begitu selanjutnya, orang yang punya takwa tidak akan menggadaikan moralitas demi materialisme.

Faktanya, hanya yang bermoral, berakhlak dan bertakwa yang akan bahagia pada akhirnya. Sedangkan mereka yang mengedepankan syahwat daripada iman dan takwa, mereka hanya bisa tertawa dan bangga, lalu berujung menderita.

Jadi, kenapa orang memilih jalan takwa, karena itulah rel paling kuat dan memungkinkan untuk mengantar perjalanan hidup seseorang pada kebahagiaan terbaik.

Dalam kata yang lain, orang yang sengaja menjauh dari takwa, sesungguhnya ia dalam kerugian yang nyata. Mungkin orang itu tidak merasakan atau menyadari. Tapi apakah kita tahu anak kecil yang bermain api. Apakah ia sadar bahwa api itu akan membakarnya?*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment