Tohir Bawazir, pemilik Pustaka Al-Kautsar yang telah menerbitkan 3500 judul buku, hadir dalam diskusi literasi di Kantorr Dewan Da’wah Jakarta Pusat (7/10/25).
Selama 36 tahun berkecimpung dalam dunia penerbitan, Tohir Bawazir melihat dinamika besar. Bahkan, dia menyaksikan bahwa minat baca dalam internal umat Islam berada pada titik yang mengkhawatirkan.
“Perintah membaca atau literasi yang Allah turunkan paling awal, sehingga umat Islam seharusnya pandai membaca. Namun, kenyataannya minat baca umat Islam Indonesia sangatlah rendah,” ungkapnya.
Beralih ke Digital
Tohir juga mengamati bahwa sekarang dunia buku dan literasi kini banyak orang tinggalkan. Mereka mulai ramai beralih ke digital.
Bawazir menceritakan pengalamannya, acara siaran langsung YouTube yang ditonton 200 ribu orang, tetapi hanya 2000 orang yang kemudian membeli buku. Fakta ini jelas menunjukkan kecilnya minat baca, padahal mendengarkan dari YouTube memiliki banyak keterbatasan daripada nikmatnya membaca buku.
Selanjutnya, acara bedah buku di kampus-kampus juga semakin jarang digelar. Kondisi ini membuat tantangan literasi umat Islam terasa semakin berat.
Bangun Budaya Membaca
Bawazir berpendapat bahwa membangun budaya membaca adalah amal saleh yang masyarakat belum pahami dengan baik dan mendalam.
Ia melihat banyak masjid terutama kalau jalan ke daerah. Antar satu masjid dengan masjid lain kadang berjarak dekat. Walaupun itu amal baik, pembangunan tersebut perlu umat kalkulasi relevansinya untuk pembangunan umat yang lebih menyeluruh.
Oleh karena itu, membangun manusia lewat perpustakaan mungkin akan lebih baik dan relevan. Apakah umat masih perlu kita edukasi pada hal ini, agar pembangunan manusia juga berjalan massif.
Pesan ini selaras dengan nasihat M. Natsir, salah satunya tentang pentingnya kalkulasi terhadap situasi dan dinamika yang sedang terjadi, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
Bawazir sendiri merasa otobiografinya perlu hadir dalam tulisan buku agar pelajaran hidup dan lingkungan yang dahulu ia hadapi tidak hilang begitu saja. Ada pelajaran dan jejak yang bisa jadi “pemandu” kebaikan.
Akhirnya, dia menegaskan tanpa literasi yang cukup, umat akan kesulitan menghadapi kondisi zaman.
“Literasi adalah kunci agar umat Islam tangguh. Tidak menjadi umat yang mudah orang lain bodohi, provokasi dan lain sebagainya,” tegasnya.*/Acanda