Langit dan bumi, gunung dan lautan, merupakan bagian dari alam yang senantiasa Tuhan sebutkan di dalam Alquran. Jika kemudian manusia terpesona kepada indahnya laut yang biru, gunung yang tinggi, maka idealnya manusia mengagumi Tuhan sebagai pencipta alam.
Secara tersirat, alam menjadi cara Tuhan menyampaikan kepada manusia bahwa dalam hidup ini harus mampu menghadirkan keindahan.
Baca Juga: Diskusi Tentang Manusia
Keindahan melalui lisan, perilaku, hingga karya dan pemikiran. Sejauh manusia sadar akan hal ini, sudahlah pasti manusia akan terus berpikri bagaimana berbuat dan mewariskan kebaikan-kebaikan.
Tetapi, kala manusia gagal melihat alam sebagai “pesan” dari Tuhan bahwa kita harus berusaha menjadi manusia dengan amal terbaik, pragmatisme akan menguasai hati dan pikiran.
Renungkan dan Pikirkan
Gunung misalnya adalah bagian dari alam yang amat dikagumi manusia, bahkan belakangan sebagian orang gemar dengan kegiatan naik gunung.
Setelah melakukan penelitian mendalam, Profesor Emeritus Frank Press dari Washington, AS, menyimpulkan bahwa gunung yang ada di dunia ini memainkan peran penting dalam menstabilkan kerak bumi.
Itu berarti kala diri melihat gunung kita harus belajar tentang bagaimana berperan sebagai insan yang kokoh, kuat, besar, dan mampu memberi pengaru baik bagi kehidupan, dalam bahasa gunung, menstabilkan kerak bumi. Dalam realitas hidup manusia, mampu menstabilkan keadaan.
Tetapi, kala gunung hanya dipandang sebagai keindahan dan diburu dalam rangka semata wisata, di sinilah manusia modern patut menghayati ungkapan Rocky Gerung, bahwa manusia sekarang banyak yang mau menikmati alam, tetapi tidak mau merawat alam.
Proses Sharing Kebaikan
“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.” (QS. Al-Fatir: 27).
Sahabat, jika ayat ini kita tadabburi dalam konteks membangun muamalah dan kemajuan bangsa dan negara, maka ayat ini memberi pesan tersirat bahwa hendaklah diri kita ini seperti alam yang satu sama lain, saling memberikan kebaikan.
Hujan menjadi kekuatan yang memberi energi pada pepohonan untuk berbuah dan bunga-bunga mekar. Buah-buahan dipetik oleh manusia dan memberikan energi bagi kehidupan. Dan, idealnya kita sebagai manusia mengasihi alam ini dengan merawat, menjaga dan memelihara.
Baca Lagi: Menguatkan Daya Baca
Tetapi mengapa manusia malah mengeksploitasi alam?
Mengapa manusia menghadirkan teknologi yang akhirnya menjadi sampah dan tak dapat diurai oleh alam?
Mengapa manusia seperti itu?
Boleh jadi, karena mereka memandang alam hanyalah kebetulan, sehingga akhirnya lupa bahwa alam adalah ciptaan Tuhan. Dan, ketika itu terjadi, manusia telah kehilangan kemanusiaannya.*