Mas Imam Nawawi

- Kisah

Meneruskan Penuntasan Masalah, Siapa Mau?

Pria itu usianya tak lagi muda, 64 tahun. Belum lama ini saya bertemu dengannya. Namun jangan salah sangka, pada usia itu ia justru tampil sebagai ketua Dewan Kemakmuran Masjid di salah satu kota di Jawa Barat. Yang tak kalah menarik, ia menerima amanah itu dalam kondisi masjid menanggung utang nyaris 1 miliar. Usai pembangunan besar-besaran […]

Meneruskan Penuntasan Masalah

Pria itu usianya tak lagi muda, 64 tahun. Belum lama ini saya bertemu dengannya. Namun jangan salah sangka, pada usia itu ia justru tampil sebagai ketua Dewan Kemakmuran Masjid di salah satu kota di Jawa Barat. Yang tak kalah menarik, ia menerima amanah itu dalam kondisi masjid menanggung utang nyaris 1 miliar. Usai pembangunan besar-besaran agar masjid tak terendam banjir saat musim hujan. Seorang teman berkata kepadaku: “Kok, bapak itu, mau, ya?”

Saya coba menelusuri pertanyaan itu berdasarkan cara berpikir sebagian besar manusia.

Pertama, untuk apa pada usia tak muda mengambil tantangan.

Kedua, apa untungnya menerima amanah seperti itu.

Ketiga, bukankah lebih baik dia fokus dengan dirinya sendiri. Apalagi dalam satu sesi diskusi, bapak itu berkata, utang itu menjadikan dia harus lebih aktif berpikir bagaimana melunasinya.

Tapi, tak semua orang menggunakan cakrawala berpikir pada batasan-batasan itu. Ada orang yang justru dengan menerima tantangan akan semakin memacu hidup lebih bermanfaat.

Tuntaskan Masalah dengan Syukur

Bapak itu memang sangat tenang, murah senyum dan tampak begitu bahagia.

Saya sempat bertanya, apa rahasia dari itu semua. Ia menjawab santai.

“Kita tuntaskan masalah yang kita hadapi dengan syukur. Termasuk syukur dengan amanah yang tidak ringan. Itu artinya Allah percaya kepada saya,” katanya disambut tawa saya dan 5 orang lainnya.

Dalam tinjauan rasional, orang yang bersyukur akan mampu mengembangkan pandangan hidup yang optimis dan penuh harapan. Jadi, tidak perlu risau dengan keadaan dan kalkulasi pikiran yang menghambat diri berbuat dan beramal.

Niatkan Membantu

Setelah beberapa jam berlalu. Saya bertemu satu argumen kuat, mengapa bapak itu mau meneruskan masalah yang tidak ringan tentang masjid. Yaitu karena ia tulus, sadar dan berkeinginan kuat untuk membantu.

Bayangkan kalau berkat tekadnya itu Allah membantu dia bisa menuntaskan utang masjid itu. Pasti ini menjadi kisah luar biasa. Orang 64 tahun, menerima amanah tidak ringan, namun berhasil.

Ini akan menjadi ibrah bagi siapapun. Bahwa usia tidak menghambat diri untuk berprestasi membantu sesama. Mungkin inilah yang orang maksud berjiwa muda. Lepas dari apapun, sungguh indah sekali jiwa bapak itu bekerja memandang sebuah amanah.

Pertanyaan reflektif bagi kaum muda adalah, apa yang menghambat kita enggan menerima amanah dan tidak sungguh-sungguh dalam menjalankannya. Jika masa muda tak bergairah apa yang menjamin seorang pemuda bisa berapi-api kala umurnya tak lagi muda?*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *