Home Artikel Menentukan Perjuangan Hidup
Menentukan Perjuangan Hidup

Menentukan Perjuangan Hidup

by Mas Imam

Innal hayaata aqidatun wa jihadun, demikian kata Ahmad El-Shauqi, sang raja penyair Arab, yang artinya “Sesungguhnya hidup adalah keyakinan (aqidah) dan perjuangan (jihad). Dan, kita semua pernah mengetahui bahwa hidup adalah perjuangan. Lantas, apa perjuangan hidup kita?

Perjuangan hidup memang semestinya harus ada di dalam diri manusia. Dengan itulah ia ada yang namanya idealisme. Idealisme adalah kekuatan jjiwa, yang menjadikan seseorang terus berkarya dan menebar manfaat.

Baca Juga: Mengagumi Tuhan Melalui Alam

Yusuf Al-Qarddhawi di antaranya, dengan idealismenya di bidang keilmuan, ia telah menulis enam puluh buku best seller dan tersebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Kekuatan idealisme juga yang membuat Ibnu Katsir mampu menulis berjilid-jilid kitab tafsirnya. Begitu pun Ibn Hajar Al-Asqalani, mampu merampungkan kitab Fathul Baari hingga 14 jilid. Itu ia tulis selama 25 tahun.

Langkah Konkret

Sebagai Muslim tentu idealisme kita adalah bagaimana iman dan Islam bisa tegak di dalam diri, keluarga dan lingkungan.

Menegakkannya ini bisa melalui beragam bidang, sarana dan karya yang mampu kita wujudkan di dalam kehidupan.

Dalam Kitab Madarijus Salikin disebutkan, memahami Alquran dan mengeluarkan kandungannya termasuk hal yang harus terus dilakukan oleh seorang Muslim. Dengan begitu ia bisa mencukupi kemaslahatan baik di dunia maupun di akhirat, serta dapat mengantarkan jiwa pada jalan yang lurus.

Jalan yang lurus itu berarti diri komitmen pada kebenaran, keadilan, keseimbangan, akhlak dan tentu saja kebaikan-kebaikan amal.

Artinya, jangan sampai ada di dalam 24 jam tidak ada satu pun kebaikan yang kita lakukan baik kepada Allah Ta’ala maupun terhadap sesama manusia.

Dalam hal memancing diri untuk memilih langkah konkret pada perjuangan hidup, kita juga bisa belajar pada Imam Bukhari.

Begitu cintanya Imam Bukhari kepada Rasulullah SAW sampai ia bermimpi bertemu penhulu Nabi dan Rasul itu.

Ia pun tergugah untuk membersihkan hadits-hadits Rasulullah SAW dari noda-noda kedustaan, hingga mampu menyusun kitab Al-Jaami’ As-Shahih dengan kesabaran luar biasa. Beliau menulisnya lebih dari 16 tahun.

Langkah Kita?

Jika para ulama dan orang hebat di masa lalu hidup dengan perjuangan yang konkret dan karena itu kepergian mereka meninggalkan karya yang penuh manfaat, lantas bagaimana dengan langkah kita?

Sungguh amat merugi pemuda yang setiap hari pikirannya bagaimana memeroleh keuntungan sekejap dan karena itu membiarkan waktu mudanya dengan sinar yang redup dan tanpa karya maslahat apa pun.

Hidupnya tanpa gairah, kata-katanya datar bahkan cenderung tak berisi makna apalagi menggerakkan lawan bicara.

Apabila hal itu ada di dalam diri kita, segeralah bangkit, bangun, buka Alquran, hadits dan sejarah, betapa banyak perjuangan hidup yang dipilih oleh mereka yang berarti hidup dan kehidupannya.

Sebuah ungkapan dalam buku “Menjadi Milenial Aktif di Industri Kreatif” menarik jadi pelecut diri.

“Mumpung masiih kuliah, masih muda dan masih strong, kita bisa berkarya apa saja. Kalau udah tua, udah punya keluarga, jadi susah berkarya. Banyak waktu tersita buat mikir keluarga.”

Baca Lagi: Memahami Diri sebagai Manusia

Jadi, ayo segera bangun kesadaran, pilih medan dan melangkahlah secara nyata di dalam kehidupan, jadikan itu sebagai medan juang dalam hidup.

Sebab, seorang pejuang tidak ada yang datang sekonyong-konyong. Pastilah ia punya kesadaran dan pilihan serta komitmen, sehingga muda atau tua, bujang atau berkeluarga ia akan terus dan tetap berjuang, sebagaimana Buya Hamka di Indoensia dan ulama-ulama hebat lainnya di berbagia negara.

Poinnya satu, apakah sudah ada yang diperjuangkan di dalam hidup ini?*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment