Home Kajian Utama Menengok Kembali Akidah dalam Hati
Menengok Kembali Akidah dalam Hati

Menengok Kembali Akidah dalam Hati

by Imam Nawawi

Sebagian dai dan pencerah umat, sering menggambarkan kehebatan para sahabat Nabi SAW dalam beragam dimensi. Mulai ibadah, menuntut ilmu, sedekah, hingga dakwah dan jihad. Tetapi, apakah akidah itu masih bisa eksis dalam diri manusia modern? Inilah pentingnya kita menengok kembali akidah dalam hati.

Dalam buku Serial Akidah dan Rukun Iman tentang Allah SWT Berdasarkan Alquran dan Assunnah karya DR. Umar Sulaiman Al-Asyqar termaktub apa makna akidah.

Baca Juga: Islam sebagai Cara Pandang

Akidah adalah sesuatu yang dibenarkan (dianggap benar) oleh jiwa manusia, hati tenang saat menerimanya, menjadi sebuah keyakinan diri bagi pemiliknya, tidak ada keraguan atau kesangsian sedikit pun terhadapnya.

Jadi, akidah membentuk sistem kesadaran, orientasi hidup dan pilihan tindakan berdasarkan keyakinan kuat.

Progresifitas dakwah dan tarbiyah Nabi SAW bersama sahabat tidak lepas dari kokohnya akidah dalam hati mereka.

Mereka menjadi manusia yang bukan saja unggul, tetapi juga terbaik dan menjadi teladan sepanjang zaman.

Hal ini karena mereka jelas, mulai dari niat, orientasi hidup, hingga pilihan perjuangan yang mereka gelorakan.

Umar bin Khathab tangguh dalam pemikiran dan semangat jihad. Ali bin Abi Thalib juga terdepan dalam jihad dan ilmu. Abu Bakar adalah sosok yang tak setitik pun ada keraguan dalam hatinya. Utsman bin Affan adalah orang yang dengan hartanya berusaha menjadi yang terbaik dalam kontribusi perjuangan.

Orang Arab biasa mengatakan “I’taqadasy syai-u yang artinya mengungkapkan sesuatu yang menjadi keras dan kuat.

Sifat Akidah

Akidah kata DR. Umar Sulaiman Al-Asyqar adalah urusan ilmiah, bukan permasalahan yang sifatnya praktis (amaliyah).

Oleh karena itu bahasan akidah tidak bisa lepas dari keyakinan hati. Dan, Allah memerintahkan setiap jiwa untuk benar-benar membaca, memikirkan, memahami, mengamalkan kemudian mendakwahkan.

Kemudian Al-Asyqar tegaskan, “Akidah Islam sendiri dari berbagai masalah ilmiah (keilmuan) yang informasi tentangnya benar berasal dari Allah dan Rasul-Nya, dan wajib terpatri dalam hati seorang Muslim sebagai bentuk pembenaran terhadap segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya.”

Kesombongan

Akidah adalah perkara yang fitrah manusia menerima dengan baik dan terang. Tetapi, kala ada kesombongan, manusia akan merapuhkan akidah dalam dirinya.

Baca Lagi: Jadi yang Terbaik

Seperti Iblis, dia sangat mengetahui hakikat-hakikat terbesar dengan seyakin-yakinnya.

Bahkan Iblis sangat mengenal Allah, mengenal kebenaran para Nabi dan Rasul dan kitab-kitab-Nya.

Akan tetapi, Iblis malah bernazar untuk selalu memerangi kebenaran yang diketahuinya.

Demikian pula dengan Fir’aun. Ia tahu Nabi Musa benar. Mukjizat yang ia lihat menggugah fitrahnya mengenal Allah. Namun karena sombong, ia mengingkari dan memilih bersikap tinggi hati.

“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongannya…” (QS. An-Naml [27]: 14).

Jadi, mari kembali perhatikan hati ini. Sudahkah kondusif bagi tumbuh dan kokohnya akidah. Atau masih ada kesombongan yang jadikan hati sulit yakin dan tawakkal kepada Allah Ta’ala.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment