Santri putri sebenarnya tidak berbeda dengan santri putra. Tetapi mungkin mereka butuh satu hal yang lebih dari biasanya, yakni forum yang bisa mendongkrak semangat belajar mereka.
Tentu saja ini sebatas pengalaman spontan, kala saya menjadi narasumber dalam sharing bersama santri putri Pesantren Hidayatullah di Jelarai, Bulungan (15/11/22).
Saat itu saya bercerita perihal pentingnya kesadaran akan masa depan dakwah dan tarbiyah umat yang terus menantang.
Seakan-akan mereka para pemimpin dunia, layaknya kepala negara yang berkumpul di Bali dalam rangka KTT G-20, saya juga menyampaikan permasalahan dunia kepada mereka.
Baca Juga: Membahas 2 Peran Wanita Bersama Santri Putri Hidayatullah Berau
Mulai dari ancaman resesi ekonomi, PHK yang mendunia, termasuk tidak berdayanya kapitalisme dan komunisme yang gagap menjawab tantangan belakangan ini.
Artinya, sudah saatnya generasi muda Islam tampil, menawarkan gagasan perubahan dan solusi atas masalah dunia dengan sebaik-baiknya. Dan, mereka yang bisa untuk itu.
Berlatih dan Berani
Mendengar itu, ternyata santri putri itu antusias menyimak. Indikasinya adalah ketika saya memberikan uraian perihal tahapan yang harus mereka tempuh untuk memimpin dunia.
Yakni menata diri dengan baik. Mulai dari bertutur kata, berperilaku, dan termasuk upaya sungguh-sungguh memiliki kecintaan terhadap ilmu.
Ketika tiba pada sesi harus berani menampilkan gagasan, ternyata santri itu memiliki keberanian untuk berlatih.
Pertama maju adalah santri putri yang duduk pada barisan paling depan. Ia berbicara dengan sangat baik dan lancar.
Sesekali saja ia terhenti dan menarik nafas panjang. Tapi over all dia sudah punya keberanian dan mau berlatih.
Usai bercerita perihal gagasannya, saya bertanya, kelas berapa. Ternyata ia baru duduk di Kelas X.
Momentum itu semakin memudahkan saya mengundang Kelas XI dan XII harus bisa lebih berani. Ternyata tanpa menunggu jarum detik jam dinding berdetak sampai tiga kali sudah ada yang angkat tangan dan maju.
Tanpa saya nyana, santri putri ini berbicara bak orator dalam sebuah demonstrasi. Kata-katanya jelas, intonasinya tegas dan tentu saja body language-nya sangat mendukung. Saya berdecak kagum.
Sampai tibalah giliran kelas XII. Ia memang tidak selancar adik kelasnya, tetapi substansi yang ia sampaikan sangat mendalam. Area kepeduliannya sudah tentang lingkungan sosial dia berada. Saya perhatikan pada kalimatnya, “Bulungan ini kan kota yang membangun, saya ingin membangun kota ini,” ungkapnya.
Optimis
Mengacu pada pengalaman singkat itu, saya berharap bahwa santri putri harus meningkatkan lagi optimisme-nya dengan berani dan terus berlatih pada kemampuan penting yang masa depan perlukan.
Satu hal yang pasti, kemampuan berbicara adalah mutlak. Diplomasi bangsa Indonesia ke depan, sangat bergantung pada diplomatnya yang tidak saja cerdas tetapi peduli dan siap membawa Indoensia memberi warna dunia.
Baca Lagi: Karya yang Terus Berguna
Dari sisi akhlak, santri putri yang paling patut kita harapkan. Karena mereka menjaga pergaulannya dan fokus menimba ilmu.
Nah, semua itu harus kita dukung dengan sarana dan forum agar mereka tumbuh. Tumbuh iman, intelektual dan tentu saja amal, beserta skill yang mereka butuhkan untuk mengarungi kehidupan masa mendatang.*