Home Kajian Utama Mendengar Namun Mengubah Kebenaran
Mendengar Namun Mengubah Kebenaran

Mendengar Namun Mengubah Kebenaran

by Mas Imam

Dalam kehidupan ini, terkadang orang bingung, mengapa yang justru ahli ilmu, tahu masalah, yang malah terdepan di dalam kejahatan. Alquran ternyata juga menjelaskan soal ini, yakni sikap orang yang dia mendengar, memahami, namun malah mengubah kebenaran itu sendiri.

Hal itu ada di dalam ayat ke 75 Surah Al-Baqarah.

Baca Juga: Amal Terbaik

“Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui.”

Jadi, mereka itu tahu karena mendengar. Kemudian paham, lalu mereka mengubah disaat mereka mengetahui bahwa itu adalah perbuatan yang tidak benar.

Asbabun Nuzul

Syaikh M. Ali Ash-Shabuni dalam Shafwatut Tafasir menerangkan bahwa ayat ini turun pada kaum Anshar.

Ketika itu kaum Anshar biasa berinteraksi dengan kaum Yahudi. Sebagian ada yang bertetangga dengan Yahudi. Nah, di antara kaum Anshar itu berkeinginan agar orang Yahudi masuk Islam, lalu turunlah ayat tersebut.

Selanjutnya Ash-Shabuni menjelaskan bahwa yang oleh orang Yahudi ubah adalah tentang sifat-sifat Nabi Muhammad SAW dalam Taurat.

Abu Su’ud berkata, “Bahwasanya ulama Yahudi khawatir akan hilangnya kekuasaan mereka, kemudian mereka bermaksud mengubah sifat-sifat Nabi Muhammad yang ada di Taurat, aslinya seperti: “tampan, indah rambutnya, tebal bulu matanya, putih dan sedang perawakannya.”

Mereka mengubahnya menjadi, “tinggi, biru kulit dan matanya, lebat rambutnya. Ketika orang-orang awam bertanya kepada mereka, mereka membacakan apa yang telah ditulisnya (sesuai hawa nafsunya). Lalu orang awam itu mendapati berbeda dengan isi Taurat asli yang mereka dustakan.”

Fakta sejarah ini memberikan pelajaran penting kepada kita bahwa seseorang akan mengabaikan kebenaran dan menutup kebenaran, manakala hatinya condong pada dunia dan iri serta dengki kepada orang-orang yang baik.

Jadi, kalau ada orang dengan kekuasaannya, kecil atau besar kemudian justru terdepan dalam kejahatan, karena ia merasa kenikmatan dunia adalah segalanya. Dan, itu ia lakukan dalam kondisi sadar bahwa dunia hanyalah sementara, sedangkan ia lupa kepada Allah Ta’ala.

Bangun Iman Raih Keberkahan

Menyadari hal tersebut, maka sebuah bangsa dan negara di dalam agenda pembangunan, tidak cukup hanya terfokus pada infrastruktur, tetapi juga pada manusia, lebih dalam lagi soal iman.

Hanya iman yang dapat menjamin seorang manusia tidak mementingkan keuntungan sesaat dan pribadi. Sebab pragmatisme materi memang tidak memberi ruang akal dan hati untuk memahami kebenaran.

Dan, kalau itu terjadi maka Indonesia yang selalu teratas dalam kasus korupsi perlahan akan bisa dikendalikan. Sebab ketika sebuah lembaga anti korupsi dibuat namun iman tidak dikokohkan, maka semua akan tunduk pada kepentingan.

Baca Lagi: Jadilah Top Skor Kebaikan

Langkah ini mutlak, sebab Indonesia dalam pandangan Transparancy International dan Political and Economic Risk Consultancy telah berada pada sebuah keadaan di mana korupsi berjalan secara sistemik sekaligus endemik.

Negara yang maju, masyarakat yang cerdas dan teknologi yang canggih, bukanlah jaminan sebuah bangsa akan hidup maju dan bahagia. Hanya keimanan yang memastikan kehidupan masyarakat dalam suatu bangsa dan negara benar-benar berada di dalam keberkahan.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment