Sejak Presiden Jokowi duduk di periode kedua, nyaris belum ada eksistensi partai umat Islam yang datang dan menjadi perhatian dalam kiprah perpolitikan Tanah Air.
Dalam setiap kebijakan pemerintah yang memang ganjil dari sisi nalar dan konstitusi apalagi rasa keadilan, baru PKS yang selalu aktif bersuara.
Sekalipun suara itu tidak akan menjadi pressure bagi pemerintah, setidaknya eksistensi itu masih ada. Lantas kemana dengan partai umat Islam lainnya?
Apakah hanya karena faktor bernama koalisi, lalu fungsi kelembagaan sebagai partai yang kala kampanye ingin mensejahterakan rakyat hilang begitu saja?
Apakah ini yang disebut dengan partai politik hanya mencari kekuasaan?
Baca Juga: Moral Sangat Menentukan Kemajuan Bangsa
Idealnya, partai umat Islam yang ada di Senayan duduk sebagai legislator, tetap tidak kehilangan fungsi utamanya sebagai wakil rakyat.
Dan, masing-masing politisi yang ada di dalam partai umat Islam yang kini duduk di jabatan Anggota DPR idealnya benar-benar bekerja untuk rakyat, sebagaimana janji-janji dahulu kala kampanye, kala dirinya mengemis suara kepada rakyat.
Seimbang, Adil dan Terhormat
Demokrasi memang menghendaki ada dua komposisi di dalam berjalannya politik bangsa dan negara. Koalisi dan Oposisi.
Tetapi koalisi dan oposisi tidak bisa dijadikan sebagai landasan seseorang kehilangan jati dirinya, apalagi lupa dengan niat suci dan janji-janji manisnya kepada rakyat, baik sebagai organisasi politik, lebih-lebih sebagai politisi.
Sebagai contoh, politisi A, sebelum partainya berkoalisi dengan pemerintah begitu aktif berbicara. Tetapi begitu partainya berkoalisi, seketika politisi A menjadi diam seribu bahasa. Tidak ada lagi energi kecerdasannya yang selama ini dipertunjukkan di ruang-ruang publik.
Jelas sikap seperti ini rusak dan membahayakan. Setidaknya pada dua sisi. Pertama sisi politisi itu sendiri. Kedua sisi kultur dan budaya bangsa. DImana kaum muda ke depan memahami politik itu sebagai wadah untuk tidak konsisten dalam sikap dan nalar kritis.
Dan, ketika itu terus terjadi, maka moralitas di kalangan politisi akan menjadi bahan permainan. Termasuk kala pelantikan yang disumpah dengan kitab suci, itu tak lebih dari seremoni belaka.
Oleh karena itu, para poltiisi di dalam partai umat Islam harus mampu berpikir secara adil, seimbang dan terhormat. Jangan terkecoh oleh apapun.
Seperti kata Muhammad Iqbal dalam salah satu puisinya.
“Bungkus dirimu dalam api. Jadilah seorang Ibrahim. Jangan tunduk kepada apapun, kecuali kebenaran. Niscaya engkau akan jadi seekor singa jantan.”
Kekuatan Moral
Jika partai umat Islam dan politis Muslim melihat realitas di atas dengan penuh kejernihan tentu mereka akan terdorong untuk tampil beda sebagainama norma dan doktrin dari ajaran Islam yang mengedepankan moral.
Kepemimpinan sebuah bangsa, termasuk di dalamnya keberadaan sebuah partai politik tidak cukup mampu menjawab tantangan zaman karena kelemahan moral yang bersifat intrinsik dan tidak pernah mampu diraba apalagi dibangun dengan baik oleh mata hati dan kesadaran politis Muslim itu sendiri.
Ketika justru cara berpikir partai umat Islam dan politis Muslim malah terbalik dan lebih mengikuti teori Machiaveli, tentu saja eksistensi dari perwakilan umat Islam di DPR tidaklah punya arti apa-apa. Karena seleranya terhadap kebahagiaan sama rendahnya, yakni materialisme dan kekuasaan belaka.
Logika Machiaveli mungkin tampak rasional tapi itulah awal dari ketidaknormalan terus terjadi. Lambat laun, kehancuran akan tiba.
Buktinya sejarah, jika memang cara berpikir Machiaveli itu yang benar, maka bagaimana dengan kekuatan sejarah Islam yang begtiu kuat dan mengakar dalam sejarah peradaban hidup manusia hingga detik ini?
Baca Lagi: Amal Politik dan Kemerdekaan
Semua itu dibangun di atas kekuatan moral. Dan, moral itu tegak di atas kemampuan setiap pemimpin utamanya di bidang poltiik memahami doktrin Islam sebagai panduan untuk bergerak lebih lincah, terukur dan relevan dengan tantangan-tantangan zaman.
Ketika ini hadir di dalam ruang kesadaran para politisi dan elit partai umat Islam, perubahan dan kemajuan bangsa ini mulai tampak bisa diharapkan. Dan, semoga itu yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang. Allahu a’lam.*