Seorang tokoh politik biasanya “mudah” membuat pernyataan. Tetapi yang penting direnungkan berdasarkan fakta yang tersaji, sebenarnya apa pernyataan dalam politik. Sebab pernyataan dalam politik idealnya kita cerna dengan menalarnya terlebih dahulu.
Terkadang orang mudah terseret oleh debat yang dipicu oleh pertanyaan host di media, terlebih kala dua narasumber yang hadir kurang cakap dalam kontrol diri, sudah pastilah suara keras dan otot leher segera naik ke panggung.
Sebagai rakyat kita boleh tak tahu apa sebenarnya target dari yang ditampakkan di permukaan. Namun, kita bisa meneliti hal-hal yang sejatinya terang dan gamblang untuk dijadikan rambu-rambu memahami keadaan.
Seperti soal isu presiden tiga periode, beritanya dimana-mana, tapi presidennya tidak mengaku bahwa dirinya mau seperti itu. Mana yang benar?
Baca Juga: Gapai Hidup yang Indah
Menarik yang disampaikan oleh Peneliti Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro perihal di atas.
“Dalam politik tidak bisa menjamin. Politik itu orientasinya kepentingan dan kekuasaan. Ya pernyataan pak Jokowi hanya biar tidak ada polemik saja. Jadi, masyarakat dibikin cooling down (adem) dahulu,” katanya saat dihubungi Republika, Jumat (19/3).
Menarik kita garisbawahi, “Dalam politik tidak bisa menjamin.”
Timbangan
Mengapa pernyataan politisi dalam aspek politis tidak bisa dijadikan pegangan, tidak lain karena setiap pernyataan politik selalu didasari oleh kepentingan dan tujuan politis itu sendiri, baik individu maupun kelompok.
Ini berarti, setiap pernyataan politisi memiliki tujuan politik yang sudah barang tentu telah dipikirkan secara baik, dikemas secara menarik, sehingga dapat merebut emosi dan simpatisi publik untuk setuju, mendukung bahkan membela.
Jika publik tidak sadar atau kurang peduli pada hal ini, sangat mungkin emosinya akan terombang-ambing oleh keadaan, sehingga semakin banyak politisi membuat pernyataan, semakin banyak waktu dan energinya terbuang untuk mengurus pernyataan yang sudah jelas tidak bisa dijadikan pegangan.
Media, saya lihat menjadi pihak yang cenderung terbawa oleh apa pernyataan yang menarik bahasan publik, sehingga substansi pernyataan dalam politik menjadi tidak dapat ditangkap dengan baik oleh masyarakat. Pada akhirnya, timbangan logis kurang maksimal bekerja.
Saat itu terjadi, maka sebenarnya pernyataan politik telah bekerja dengan baik, karena pernyataan politik tak selalu membutuhkan alur penalaran yang serba logis.
Sejauh dapat membakar emosi pendengar, maka saat itulah pernyataan politik dinilai efektif dan mencapai sasaran yang ditargetkan. Saat itu terjadi, “nalar” publik pun telah tiada entah karena apa dan kemana. Disini timbangan logika perlu dihadirkan oleh publik itu sendiri.
Pernyataan Menurut Nabi
Timbangan logis terhadap sebuah pernyataan sebenarnya sudah cukup untuk menarik kesimpulan apakah sebuah pernyataan dalam politik relatif bisa dipercaya atau mestinya ditolak.
Terlebih bagi orang yang sudah biasa melakukan penalaran, sehingga dengan mudah dapat mengenali tepat tidaknya suatu penalaran, pernyataan dalam politik akan sangat terlihat “maksudnya” jika dibenturkan dengan fakta dan perilaku dari politisi itu sendiri.
Namun, dalam Islam, sebuah pernyataan tidaklah berarti biasa-biasa saja, bahkan dalam konteks tertentu, Islam mendorong agar manusia berjuang mengendalikan lisannya.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (HR. Al-Bukhari).
Konsekuensi Pernyataan
Lebih jauh sebuah pernyataan akan berpengaruh terhadap peningkatan derajat seorang hamba atau sebaliknya.
“Sungguh ada seorang hamba berbicara dengan satu kata yang mengundang keridhaan Allah, meskipun dia tidak terlalu memperhatikannya; namun dengan sebab satu kalimat itu Allah menaikkan beberapa derajatnya. Dan sungguh ada seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang mengundang kemurkaan Allah, sementara dia tidak memperhatikannya; dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka Jahannam.” (HR Bukhari).
Dengan demikian, penting bagi kita sebagai rakyat biasa benar-benar mengerti hal ini, agar energi dan waktu tidak terbuang bicara yang tidak perlu apalagi salah.
Baca Juga: Jadilah Pemenang Sejati
Di sisi lain, semakin cermat menimbang pernyataan yang sekarang mudah sekali “diviralkan” akan semakin selamat seseorang dari berkomentar secara salah dan sesat.
Jika pun harus memilih dalam pemilu ke depan, maka lihat saja perbuatan lalu bandingkan dengan pernyataan-pernyataan yang telah dilontarkan dalam politik selama ini, konsisten atau sebaliknya.
Mas Imam Nawawi_Perenung Kejadian