Mas Imam Nawawi

- Opini

Menalar Etika dalam Demokrasi, Benarkah Telah Buyar?

Segenap hari dalam pekan akhir Januari dan Februari 2024 banyak pihak kampus melambungkan deru tentang etika dalam demokrasi. Apakah itu tanda demokrasi yang selama ini berjalan telah nihil dari etika? Untuk itu kita perlu menalar benarkah etika dalam demokrasi Indonesia telah buyar? Terbaru, rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Asep Saepudin Jahar juga menyampaikan perihal […]

Menalar Etika dalam Demokrasi, Benarkah Telah Buyar?

Segenap hari dalam pekan akhir Januari dan Februari 2024 banyak pihak kampus melambungkan deru tentang etika dalam demokrasi. Apakah itu tanda demokrasi yang selama ini berjalan telah nihil dari etika? Untuk itu kita perlu menalar benarkah etika dalam demokrasi Indonesia telah buyar?

Terbaru, rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Asep Saepudin Jahar juga menyampaikan perihal itu.

Menurut Prof. Asep, pemilu merupakan salah satu tonggak demokrasi yang berperan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagai warga negara, kita bersama-sama bertanggung jawab untuk ikut serta dalam menentukan arah masa depan bangsa melalui hak pilih yang dimiliki.

Baca Juga: Indoensia yang Kian Memburuk

“Untuk itu, mari kita kawal pelaksanaan Pemilu 2024 sebagai panggung yang sarat dengan nilai-nilai kebangsaan, solidaritas, dan persatuan,” kata dia dalam keterangan resminya, Minggu (4/2/2024).

Rasional dan Adem

Ungkapan sang guru besar tentang nilai-nilai kebangsaan, solidaritas dan persatuan, menandakan bahwa seluruh rakyat Indonesia mesti melihat politik secara cerdas dan menyeluruh.

Pemilu 2024 tidak boleh menarik emosi kita sebagai rakyat biasa terseret pada perseteruan yang tidak perlu, sebagaimana pada 2019.

Sekarang orang mulai melihat, bagaimana dahulu Prabowo yang bak pahlawan didukung sepenuh hati oleh sebagian besar rakyat, ternyata bisa berbalik arah menjadi satu dengan lawan politiknya. Dan, kini menjadi penerus pikiran dari Presiden Jokowi.

Begitu pun perihal bagaimana dahulu PDIP mengusung Jokowi. Kini Jokowi menjauhi PDIP bak pihak yang tak saling kenal, bahkan mulai kian tak bersahabat.

Namun, jangan naif. Bisa jadi semua yang kita lihat hari ini bisa berubah sekejap mata, karena kepentingan yang sama. Jadi, kita tidak perlu naif dalam melihat politik, tetap cool dan rasional.

Hal ini menandakan bahwa politik adalah soal bagaimana kita menemukan pemimpin yang memang jelas idealismenya, tegas sikap dan konsistensinya dalam membawa kebaikan bagi rakyat.

Kita tidak boleh lagi melihat seorang calon pemimpin hanya karena tarian, pencitraan dan hal-hal artifisial lainnya.

Tetapi, mulailah lihat secara mendalam, mana yang benar-benar cinta rakyat dengan beragam sepak terjang kebijakan yang telah ia berikan kepada rakyat selama ini.

Biasa dalam Beda Pilihan

Sekarang banyak orang mengatakan bahwa perdebatan sengit tengah berlangsung di berbagai grup WA.

Sekedar saran, santai saja. Tidak perlu berlebihan menanggapi apapun terkait politik. Karena pada akhirnya, waktu akan membuktikan, siapa sebenarnya para capres dan cawapres itu.

Tugas kita sekarang satu, mengawal proses demokrasi, dalam hal ini pemilu berjalan dengan adil, jujur dan transparan.

Karena tanpa kejujuran, proses yang ada hanya akan menarik rakyat ini kembali berada di tepian jurang curam dengan binatang buas yang siap melahap siapapun yang terjatuh.

Baca Lagi: Pelajari Sekitar Kita dan Temukan Energinya

Itulah keadaan yang tak mampu pemerintah atasi selama ini, mulai dari sembako yang melambung, pendidikan yang mahal, hingga kesehatan yang tak lagi ramah, kecuali kepada yang punya uang.*

Mas Imam Nawawi

 

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *