Malam belum larut (5/11/24), saya masih berbincang dengan kolega. Temanya sangat spesifik, tentang bagaimana menajamkan tulisan.
Menajamkan tulisan maksudnya bagaimana kita dapat menghasilkan tulisan yang pembaca mudah menangkap pikiran, perasaan dan pengalaman dari penulis.
Tajam
Kolegaku menjelaskan tulisan yang baik, yang tajam, dengan antusias. Katanya tulisan tajam itu kalimatnya pendek namun bertenaga.
Kalimatnya juga mengandung fakta, susunannya renyah dan memberikan kesegaran bagi pemikiran pembaca.
Mendengar itu saya senang sekali. Meskipun saya menulis setiap hari, bagiku uraian itu tetap sangat bermanfaat. Saya masih harus terus berbenah.
Praktik
Saya pun membuka-buka artikel, ketemulah bahwa kunci paling penting adalah praktik. “Practice make perfect,” begitu pepatah mengungkapkan.
Penyebab orang sulit menulis bukan karena kurang cerdas. Tapi tidak sungguh-sungguh berlatih, enggan praktik secara serius.
Bagi anak muda Islam, menulis penting jadi kekuatan.
“Perang pemikiran sekarang senjatanya adalah tulisan,” tutur pakar filsafat Islam Indonesia, Prof. Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi dalam acara pelatihan karya tulis ilmiah di Gontor (24/7/2011).
Jadi, jalan menajamkan tulisan hanya satu, praktik. Seperti pisau, kalau ingin selalu tajam, asah setiap hari.
Kewajiban
Menjadi penulis punya kewajiban mendasar, yaitu gemar membaca.
Baca Juga: Menulis Sebagai Pembangkit Semangat
Kang Maman mengatakan, “Penulis itu pembaca yang baik. Tidak bisa menulis kalau tidak suka baca,” katanya dalam webinar yang digelar oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), 28 April 2020.
Kewajiban itu sudah jadi kebutuhan bagi Kang Maman. Ia selalu menargetkan bisa membaca buku baru mulai dari 20 hingga 50 buku.
Lebih dari sekadar kewajiban untuk menangkap fakta dan data, membaca itu perintah Allah yang pertama, Iqra.
Jadi, cara terbaik menajamkan tulisan adalah dengan mengamalkan perintah Iqra’ (bacalah).
Bermutu atau tidak ucapan seseorang, tergantung dari bacaan yang selalu ia usahakan. Berbobot atau tidak pemikiran seseorang, juga sangat ditentukan oleh kecintaannya dalam membaca.*