Sikap tenang sejatinya buah sistem dalam diri yang tak pernah ragu bahwa Allah mencintai insan beriman.
Mengapa sistem dalam diri? Ya, karena orang bisa melihat dengan mata saja, belum tentu menembus ke dalam hati.
Bahkan orang yang berpikir tanpa panduan wahyu pun sudah pasti tidak akan bahagia.
Laksana semesta yang tertib dan teratur, diri manusia, antara lahir dan batin, rasa dan intelektual, jiwa dan spiritual harus sinkron secara keseluruhan.
Jika tidak, jiwa akan mudah berguncang. Hidupnya akan luntur oleh maksiat dan tenggelam dalam lumpur dosa.
Dan, pikirannya juga suang terjebak kenikmatan semu dunia. Maksudnya membangun, tapi jalannya merusak, hasilnya pun menghancurkan.
Lihat bagaimana orang-orang kuat pada masa terdahulu, mereka mengira dunia segalanya, kemampuan terkuat pun mereka kerahkan untuk hidup nyaman di bumi ini.
Tetapi begitu mereka menolak kebenaran dakwah Nabi dan Rasul, tak sulit bagi Tuhan memusnahkan orang-orang sok hebat seperti itu.
Baca Juga: Rezeki Bagi Diri
Lihat Kaum ‘Ad, kaum Nabi Hud. Mereka merasakan azab berupa angin yang dahsyat dengan bunyi gemuruh yang menggelegar.
Semua kaum itu tertimbun pasir dan binasa (QS. At-taubah: 70, Al-Qamar: 18, Fushshilat: 13, An-Najm: 50, dan Qaaf: 13).
Jalankan Semua
Oleh karena itu jangan pernah telah beramal. Jalankan semua apa yang Allah perintahkan dan Nabi Muhammad SAW teladankan.
Orang beriman itu tidak sebatas mendapat perintah mendirikan shalat, tetapi juga tersenyum kepada sesama.
Islam tidak menghendaki orang tekun bangun Tahajjud, tetapi juga mampu menjaga lisan dengan baik.
Allah tidak saja menyukai orang yang menuntut ilmu, tetapi juga mau terdepan dalam urusan keumatan.
Jadi, berhenti merasa telah beramal dan merendahkan orang lain yang tak seperti diri sendiri. Ingat, Islam itu menyeluruh, bukan sebatas sholat dan pakaian belaka.
Kemuliaan
Allah Yang Maha Mulia memberikan kemuliaan dalam banyak jenis.
Ada orang yang Allah muliakan karena ia Nabi dan Rasul.
Luqman Al-Hakim mulia justru karena dia budak namun visi hidupnya selalu menyembah Allah secara paripurna.
Baca Lagi: Menuhankan Apa?
Uwais Al-Qarni, tak pernah mencium tangan Nabi SAW, tetapi ia begitu mulia yang menjadikan Umar bin Khattab harus mencari dan meminta doa darinya.
Jadi, tenangkan diri, bahagiakan hati, siapapun diri ini. Jangan terjebak kilauan kehidupan dunia. Karena siapapun kita, kalau berhasil membangun sistem diri yang tak ragu Allah Mencintai orang beriman, kemuliaan dan kebahagiaan itu Allah akan hadirkan.
Hadir dalam dada ini, sekarang juga dan terus ada hingga kelak di yaumil Qiyamah. Karena ketenangan itu milik dan datang dari Allah semata.*