Hari ini di luar kebiasaan. Biasanya Selasa adalah hari koordinasi untuk urusan kepemudaan. Namun demikianlah kehidupan senantiasa tunduk pada kehendak Tuhan. Dan, Subhanallah di hari ini saya dapat memetik makna menguatkan tekad hidup dalam kebaikan.
Mengapa makna harus saya petik?
Ini pertanyaan penting. Ialah karena di dalam setiap detik kehidupan ini, termasuk didalamnya langkah kaki yang maju ke depan tidak sepenuhnya benar-benar di dalam puasa diri yang lemah ini.
Saya tiba-tiba tertarik duduk di sisi paling bawah dari Rumah GOA milik public figure Dik Doank, di Kandank Jurank Doank.
Baca Juga: Belajar Iman dari Dhimam
Saat duduk di bawah itulah saya mulai bisa fokus memikirkan, memahami, dan tentu saja memetik makna-makna kehidupan.
Bawah itu Dasar
Apakah Anda pernah memetik buah dari pohonnya langsung?
Sungguh aktivitas itu menunjukkan bahwa didalam hidup ini kita akan mengerti tentang bagaimana seharusnya menjalani kehidupan hanya ketika kita memposisikan akal dan perasaan kita di bawah tuntunan Alquran.
Dan apakah anda pernah berada di sebuah ketinggian, yang di sekelilingnya tidak ada pembatas, sehingga kewaspadaan dan kehati-hatian harus betul-betul dimaksimalkan?
Orang yang di ketinggian setiap saat terancam tergelincir, jatuh, atau bahkan pingsan di tempat. Dan sudah pasti jiwa manusia ingin segera turun. Karena memang ketinggian bukan tempat terbaik untuk mengisi kehidupan.
Oleh karena itu kepemimpinan, jabatan, dan kekuasaan di dalam Islam disebut sebagai amanah.
Karena posisi tersebut bukan sebuah hal yang bisa dijadikan legitimasi jiwa untuk merasa lebih baik, lebih unggul, lantas menginjak-injak orang yang ada di bawah.
Pantas jika kemudian nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam mendorong kita untuk banyak melihat kebawah. Sebab dengan cara itu akal kita bekerja, jiwa kita sadar dan perasaan kita diliputi kesyukuran.
Jadi, Maha Suci Allah yang memerintahkan kita shalat dan di sana ada sujud.
Sebuah keadaan yang memposisikan kepala berada di posisi paling rendah, dengan wajah, hidung, lisan menghadap ke tanah, sedangkan batin meninggikan Allah subhanahu wa ta’ala.
Siapa saja manusia yang tinggi kedudukannya dan besar pengaruhnya kemudian taat dan tunduk kepada Allah dengan senantiasa sujud kepada-Nya, insya Allah hidupnya akan dipenuhi kebijaksanaan.
Tekad Kebaikan
Sujud itu bisa di ilustrasikan sebagai keadaan manusia membawa kendaraan bermotornya ke pom bensin.
Setelah sujud, itu sama dengan telah mengisi bahan bakar ke tangki kendaraan bermotornya. Artinya ada energi kebaikan, yang akan terus memberikan daya dorong besar bagi jiwa untuk melakukan kebaikan-kebaikan.
Jadi tapi kala orang sedang sujud, sesungguhnya ia sedang menguatkan tekad di dalam hatinya untuk terus melakukan kebaikan-kebaikan.
Bukankah setelah shalat Allah memerintahkan kita bertebaran di muka bumi?
Bukankah setelah shalat Allah memerintahkan kita beraktivitas dengan banyak mengingat Allah?
Baca Lagi: Hidup Hanyalah Perjalanan
Dan bahkan Allah memerintahkan kita untuk berjalan di muka bumi ini agar mengetahui bahwa setiap perilaku yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan pasti bertemu kehancuran.
Itu berarti bahwa sangat rugi orang yang hidup sementara tekad kebaikannya terus meredup. Jika itu yang terjadi, maka obati dengan memperbanyak sujud.*