Penyakit manusia paling sulit untuk diri atasi adalah keraguan. Untuk itu penting bagi kita mengerti bagaimana cara membuang ragu dalam hati.
Ragu secara berasa kondisi orang yang tidak tetap hati dalam mengambil keputusan, bingung menentukan pilihan, bimbang dan seterusnya.
Baca Juga: Negara Bahagia
Artinya ibarat pohon dia tidak berdiri tegak lurus dengan akar yang kokoh. Tetapi pohon yang miring dan dengan akar yang rapuh. Begitu mungkin bagian dari ilustrasi manusia yang ragu-ragu.
Lembah Kehidupan
Keraguan bisa menimpa siapa dan kapan saja. Biasanya ketika harus melakukan satu kebaikan atau memantapkan diri dalam pilihan baik.
Misalnya akan berkurban pada tahun ini. Mumpung hari tasyrik, kurban tidak, kurban tidak.
Atau akan menikah pada tahun ini. Jadi tidak, tidak atau jadi. Hal itulah yang umum terjadi.
Dan, semua orang memang mengalami yang namanya keraguan. Seperti lembah, fase hidup orang usai mendaki adalah turun dan dalam perjalanan turun itu pasti bertemu lembah. Artinya hadapi dan lalui. Bukan berhenti.
Cara Mengatasi
Cara mengatasi sangat sederhana. Kita bisa ambil dari petuah Buya Hamka dalam bukunya berjudul “Akhlakul Karimah.”
“Suatu tanda kelemahan ialah takut akan kesukaran yang masih jauh, padahal apabila kesukaran itu telah ditempuh tidak sebesar yang diduga. Belumlah seorang manusia dapat memutuskan taksiran tentang berat atau ringannya sesuatu peristiwa yang akan ditempuh, semuanya menghendaki percobaan, semuanya harus ditempuh, sebelum dirasakan.”
Buya Hamka melanjutkan, “Untuk menghilangkan keraguan hati, pakai saja satu undang-undang yaitu, ‘lekas kerjakan apa yang dikehendaki dan sanggup memikulnya.'”
Jadi, keraguan akan hilang jika diri bersegera ambil keputusan. Misalnya mau berkurban atau tidak.
Kalau orientasi pertimbangan diri adalah jumlah saldo, maka akan sulit untuk berkurban tahun ini.
Akan tetapi kalau orientasi pertimbangan diri ikut melatih keyakinan kepada janji Allah, termasuk mendapat segenap kebaikan dan keutamaan dari ibadah kurban, maka pasti diri akan segera berkurban. Saldo bukan lagi pertimbangan penting yang menghalangi kebaikan kurban.
Baca Lagi: Menguatkan Daya Baca
Begitu pula pada aspek lainnya, seperti akan menikah, kuliah, usaha dan semua bidang. Sejauh diri segera melangkah apalagi itu sudah ada niat ikhlas, insha Allah kebaikan akan datang.
Bahwa ada kesulitan, itu wajar. Harus kita hadapi. Tetapi ingat, orang yang tahu kesulitan dan menghadapinya akan lebih baik daripada orang yang tahu kesulitan tetapi menghindari dengan terus ragu dan tidak bertindak apapun juga.*