Membiasakan diri bernalar Qur’ani adalah bahasan yang kemarin menjadi tema kajian saya bersama majelis taklim ibu-ibu di Pondok Rajeg (19/1/23).
Tema ini memang berangkat dari ayat Alquran yang pertama kali Rasulullah SAW terima dari Allah SWT, yaitu Iqra’ Bismirabbik.
Sayangnya, sebagian besar umat Islam, tidak menyadari bahwa perintah ini adalah yang pertama dan utama. Yang dalam dimensi historis telah terbukti bahwa membaca memiliki kekuatan luar biasa.
Dan, kalau kita mau bertanya mengapa China hari ini maju, tidak lain karena mereka memang mau membaca.
Baca Juga: Think Again
Tetapi, kalau umat Islam mau membaca sama levelnya dengan bangsa manapun di dunia ini, apalagi bisa lebih baik, maka umat Islam akan mampu mengungguli bangsa manapun.
Nah, kalau kita perhatikan secara seksama ayat demi ayat Alquran, sejatinya memberikan panduan bagaimana seharusnya kita bernalar (reasoning).
Pelajaran
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57).
Bernalar Qur’ani berarti menjadikan kita sadar bahwa tidak ada obat bagi solusi berbagai permasalahan kehidupan umat manusia di dunia ini selain Alquran.
Tugas kita memahami bahwa ayat-ayat Alquran itu solusi, obat, jalan keluar dari berbagai masalah atau penyakit dalam dada, seperti galau, cemas, overthinking, takut dan lain sebagainya yang membuat kekuatan otak kita melemah.
Dan, orang yang mau bernalar secara Qur’ani ia pasti akan mampu menggapai rahmat Allah. Radar optimisme dalam dadanya tidak akan pernah terganggu apalagi sampai disconnect dengan Allah Ta’ala. Kenapa, tidak lain karena hatinya memang kuat akan sinyal iman kepada-Nya.
Hati
Apabila kita mau memperhatikan secara seksama, jenis penyakit paling banyak manusia derita adalah masalah hati.
Apakah ketika Fir’aun membenci Nabi Musa as itu karena sebatas kalkulasi Nabi Musa lemah? Tidak, pemicu dan pemacu utama permusuhan Fir’aun terhadap kebenaran adalah hatinya yang terlalu kotor, sehingga yang haram dipandang harum.
Baca Lagi: Berpikir Positif dan Teguh Pendirian
Apakah mereka yang membenci Islam dan umat Islam menemukan fakta bahwa Islam memberikan pengajaran buruk? Tidak, mereka hanya terbakar oleh kebencian akibat hati yang begitu gelap dalam memandang kehidupan.
Jadi, kalau kita melihat mengapa orang yang merawat hati hidupnya tenang dan bahagia, karena ia hanya menggunakan akal pikirannya untuk memahami ayat-ayat Allah. Bukan dipaksa menentukan masa depan dengan perbuatan salah dan pikiran yang picik.*