Home Kajian Utama Memberi Makan Akal
Memberi Makan Akal

Memberi Makan Akal

by Imam Nawawi

Sebagian orang merasa sangat nyaman walau dalam sehari tidak membaca atau tidak berpikir. Memang tidak ada kerugian terasa, kala orang tidak membaca dan tidak pula berpikir. Tetapi, seperti perut, akal juga perlu kita berikan hak makan.

Kepada anak kedua, saya bertanya, apakah makanan bagi akal. Ia menjawab singkat, membaca.

Jika perut setelah mendapat makanan merasa kenyang dan menjadikan tubuh kuat kembali. Maka akal akan sama.

Hanya saja yang menjadi kuat bagi akal adalah rasa ingin tahu terhadap rahasia, sistem kerja dari apa-apa yang menurutnya baik untuk ditelusuri.

Baca Juga: Pakai Akal Saja, Bahagia itu Mustahil

Dan, jika akal itu telah mendapatkan hak makanan paling fundamental, yakni iman, maka ia akan mengerti apa yang menjadi maksud Allah. Baik yang tertera dalam Alquran atau pun yang terpapar di dalam kehidupan ini.

Kemudahan

Setiap orang sangat senang dengan kemudahan. Saya sendiri setiap mendapati kalimat yang bersifat rencana melakukan kebaikan, biasa membalas dengan ungkapan, “Semoga Allah memudahkan.”

Akan tetapi tidak setiap kemudahan itu kebaikan. Contoh kemudahan berhutang dari pinjaman online. Semakin mudah, kian gampang orang terseret ke jurang dalam.

Sebuah berita online mengabarkan ada seorang warga negeri ini punya utang Rp. 500 juta dari 27 aplikasi pinjol di handphone-nya.

Sebenarnya di balik kata mudah itu ada “leher” yang orang serahkan, yakni KTP, KK dan sebagainya, yang menjadikan setiap aplikasi pinjaman online langsung memegang leher sang peminjam.

Sebagian orang yang termakan kemudahan itu, pada akhirnya hanya bisa diam dan menangis.

Lalu hidup penuh dengan keheranan. Kenapa bisa hutang sampai ratusan juta, telah digunakan untuk apa, toh hidupnya tetap sederhana, tidak ada yang berubah secara material dan finansial.

Sebuah indikasi terkini yang bisa kita jadikan bahan untuk memberi makan akal, yakni membaca. Membaca agar kita tidak terseret pada kerugian.

Memahami Kekuasaan Allah

Pendek kata (karena kebanyakan orang sekarang tidak kuat membaca panjang) kita harus memahami bahwa perintah Allah untuk kita Iqra’ Bismirabbik adalah senjata utama selamat menyusuri kehidupan ini.

Alquran sering mengajak akal kita bekerja, dengan memusatkan perhatian kepada sistem gerak planet, garis edar matahari, bahkan tanah tandus yang dengan rahmat Allah berupa hujan, menjadi subur.

Tanpa membaca, akal akan kehilangan kemampuan berpikir dengan baik. Dan, ketika itu terjadi, orang hanya akan seperti hewan, berpikir bagaimana bisa menumpuk makanan dan kekayaan.

Sebuah keadaan yang seekor kucing dan binatang lainnya, tak pernah mengkhawatirkan akan makan apa besok.

Ironisnya, semakin manusia berada dalam kecanggihan teknologi, otaknya kian mengkerut, lalu mengukur rahmat Tuhan dengan keadaan yang ada.

Seakan-akan orang yang berakal adalah yang mau bergerak dengan menjadikan keadaan sebagai basis kepercayaan mengisi hari-hari dalam kehidupan fana ini.

Baca Lagi: Tumbuh dari Konflik

Manusia tak lagi peduli apakah akal berfungsi dengan baik atau tidak.

Akal tak lagi memahami kebesaran Allah Ta’ala, tetapi seutuhnya yakin sebatas pada mekanisme kerja alam empirik belaka. Tragis!*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment