Home Artikel Memberantas Seks Bebas
Memberantas Seks Bebas

Memberantas Seks Bebas

by Imam Nawawi

Seks bebas adalah hal yang kita semua harusnya sepakat untuk satu kata, yakni berantas.

Hal ini karena manusia berbeda dengan hewan. Manusia memiliki kemampuan berpikir, mengetahui, mengenal dan merefleksikan kebaikan.

Ketika akal manusia mampu mengetahui sebuah perilaku baik, maka idealnya ia mengikuti. Sebaliknya, ketika yang ia mengetahui suatu hal buruk, sudah saatnya dia menjauhi.

Nah, seks bebas, apakah ada yang bisa menjelaskan bahwa perilaku itu baik?

Baca Juga: Teman Seperti Ini Jangan Melemahkanmu

Masyarakat Indonesia memahami bahwa seks yang aman adalah dengan menikah.

Ketika sepasang manusia (pria dan wanita) melakukan hubungan seks dengan tanpa ikatan pernikahan maka itulah yang kita sebut seks bebas.

Kasus ratusan pelajar di Ponorogo yang meminta dispensasi menikah adalah bagian dari apa yang kita bahas kali ini.

Buruk

Hubungan seks bebas, sudah pasti, buruk dan berbahaya.

Berbagai penyakit akan datang menyerang. Seperti sifilis, klamidia, gonore. Itu jenis-jenis penyakit yang menyerang bagian vital pria.

Selain itu seks bebas juga merusak mental. Orang yang melakukan seks bebas akan mendapati dominasi perasaan bersalah, selalu cemas, depresi. Semua itu lebih besar akan menyerang wanita, sebab ada resiko besar, yaitu hamil diluar nikah.

Rasa kehilangan harga diri, prestasi sekolah menurun, bahkan lebih jauh apabila hamil di luar nikah, bisa saja ada yang memilih aborsi atau bahkan bunuh diri. Belum lagi risiko sosial yang tidak ringan.

Sikap

Sederhananya ketika manusia memahami seks bebas itu buruk dan membahayakan diri, orang dengan mudah meninggalkan. Akan tetapi faktanya tidak.

Hal ini karena seseorang, terutama remaja masuk dalam masa puber, yang kata banyak orang, memiliki tingkat penasaran tinggi.

Penasaran tinggi tanpa benteng pengetahuan, moral dan iman, jelas sangat tidak baik bagi seseorang.

Dalam hal ini, ia butuh benteng paling kuat, yakni keluarga dan pergaulan. Ketika keluarga dan pergaulan baik, potensi selamat akan tinggi.

Akan tetapi kalau mereka tidak mendapat perlindungan maksimal dalam keluarga dan pergaulan, seringkali mereka melakukan hal-hal bahaya tanpa lagi memperdulikan akibatnya.

Baca Lagi: Berbahagialah dengan Sahabat dan Saudara

Dengan demikian maka sikap yang harus kita miliki adalah paham, sadar dan memilih yang benar. Jangan tunduk pada “kehendak” pergaulan yang merusak.

Bahkan kalau memang diri sadar, melalui media sosial banyak keburukan yang datang daripada kebaikan, segera berhenti interaksi dengan media sosial secara salah.

Tidak akan ada orang yang mampu berhenti dari keburukan, kecuali kesadaran dirinya sendiri, lalu tegas menghentikannya. Itu sikap yang paling penting untuk jadi pilihan.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment