Home Artikel Membangun Pikiran Cerdas
Membangun Pikiran Cerdas

Membangun Pikiran Cerdas

by Imam Nawawi

Seorang pengusaha berhasil dengan usahanya. Namun, lambat laun ia tahu jalan mendapat untung dengan merugikan atau malah mengorbankan orang lain. Kalau orang itu menjalani hidup dapat untung dengan membuat orang lain rugi, apakah orang itu punya pikiran cerdas?

Dalam tinjauan rasional, orang yang bisa mengumpulkan uang dalam jumlah besar, itu pasti cerdas. Tapi dalam hidup manusia, kecerdasan tidak semestinya menabrak moral. Orang yang seperti itu pasti sedang dalam kondisi akal tidak sehat.

Hidup memang penuh misteri bahkan ketidakpastian. Tapi kalau ada hal yang harus kita pastikan adalah kesehatan nalar kita sendiri.

Alquran selalu mendorong kita untuk mengambil pelajaran.

“Dan tidak dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang menggunakan akal.” (QS. Al-Baqarah: 269).

Cerdas dengan Alquran

Alquran selalu mendorong kita menjadi cerdas. Oleh karena itu kita sangat dianjurkan sering membaca Alquran.

Sebagai contoh, saat saya mentadabburi Surah Yusuf, ayat 1 sampai ayat ke-5. Saya menemukan dua kata yang sama yakni “mubin” (nyata, jelas).

Satu, bicara Alquran adalah petunjuk yang terang, nyata dan jelas. Kedua, setan adalah musuh nyata bagi manusia. Sama-sama ada yang jelas, tapi satu kitab, kemudian satu lagi setan sebagai musuh.

Artinya, siapa ingin selamat, maka ia harusnya mengikuti kitab yang jelas. Tetapi siapa yang tidak peduli dengan masa depan, akal sehat dan lain sebagainya, maka sungguh ia telah mengikuti setan, musuh yang nyata.

Idealnya musuh, ya, kita jauhi. Bahkan kita lawan.

Mulai Membangun

Dengan demikian inilah saatnya kita membangun kecerdasan. Yakni dengan memahami makna-makna dari ayat Alquran. Kemudian ktia membentuk satu pola manivestasi yang memadai.

Sebagai contoh, kalau Alalh memerintahkan kita membaca. Maka idealnya kita selalu berupaya membaca. Dan, kita tahu membaca adalah cara terbaik mulai membangun kecerdasan.

Bangsa yang maju, penduduknya pasti gemar membaca. Sebaliknya, bangsa yang terbelakang, mereka jauh dari tradisi membaca.

Penting kita perhatikan, semakin sebuah negeri jauh dari tradisi membaca, maka ia akan semakin sulit untuk punya akal sehat dan susah berpikir. Apalagi berpikir yang mengasah kecerdasan, merawat akal sehat dan menuju maslahat.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment