Home Opini Membangun Apa?
Membangun apa

Membangun Apa?

by Imam Nawawi

Malam masih pekat kala saya membaca koran nasional dalam bentuk digital, namun peristiwa carut seakan ogah berhenti, bahkan jadi laporan media tiada akhir. Melihat realitas itu, dalam hati berkata, “Jadi selama ini kita membangun apa?”

Persis seperti apa yang jadi kegelisahan Franz Magnis-Suseno, kala menulis buku berjudul “Kuasa dan Moral.”

Baca Juga: Harta yang Mengalir dengan Sedekah Seperti Air dalam Gentong

Ia menegaskan bahwa membangun itu harusnya manusianya. Manusia mesti jadi tujuan utama pembangunan. Bukan indikator ekonomi makro, yang belum tentu manusianya bahagia.

Tingkat kemiskinan Indonesia pada September 2022 masih pada angka 9,57% alias 26,36 juta orang Indonesia di bawah garis kemiskinan.

Sekali lagi, kemana kira-kira hasil pembangunan selama ini berduli.

Sulit Makan

Tak perlu kita tutupi, rasa hati bahagia sekali menyambut bulan Ramadhan. Tetapi, entah bagaimana dan mengapa harga bahan pokok mendadak melangit setiap bulan suci akan tiba.

Mereka yang bahagia karena kesadaran spiritual langsung diseret oleh “keserakahan” kelompok yang ngertinya cuma cuan.

Media melaporkan itu memang kondisi yang biasa terjadi setiap tahun, kala mendekati pekan Ramadhan.

Pasar memang punya hukum sendiri, besar permintaan, harga-harga akan melambung. Ramadhan adalah bulan penuh berkah, semua sektor kehidupan bergerak bergairah.

Namun jangan pernah lupa ada 26,36 juta saudara kita hidup dengan kemampuan rendah untuk bisa berbelanja.

Jangankan soal bahagia dengan pakaian dan pernak-pernik sebulan Ramadhan. Dapat buka puasa dan sahur saja itu sudah luar biasa kalau mereka tidak lagi perlu memikirkannya.

Sedekah

Kita patut bersyukur, mayoritas penduduk negeri ini beragama Islam yang memiliki syariah berupa sedekah.

Sedekah adalah solusi dari bobroknya mental birokrasi yang kecanduan korupsi. Berapa ratus triliun mereka curi, asal sedekah masih jalan terus, masyarakat akan tetap tertolong.

Baca Lagi: Siapa Sih yang Gak Perlu Uang?

Dalam kajian ilmiah juga kita dapat temukan bahwa sedekah, apalagi tambah zakat dan infak, hal itu dapat memberi pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan bahkan ikut meningkatkan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia.

Tak perlu repot mendapatkan bukti, selama pandemi dua tahun silam, saya beberapa kali mendapati laporan ada mahasiswa terancam berhenti karena tidak bisa membayar. Dana sedekah langsung bisa menyolusikannya. Laznas BMH melalui sedekah umat, membayarkan kewajiban itu.

Termasuk ketika seorang sahabat senior melaporkan ada orang terusir dari kontrakan karena suaminya wafat dan tidak lagi memiliki penghasilan, sekali lagi dana sedekah membantunya selamat dari hidup beralas tanah beratap langit.

Mungkin rasio ini mengutuk kerakusan mereka yang menuhankan cuan, yang menyebabkan kesulitan ekonomi. Tetapi sisi lain kita bersyukur. Tuhan kita, Allah Ta’ala meminta kita menjawabnya dengan sedekah.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment