Bakda Mahgrib (11/11/22) saya mendapat amanah untuk berbagi cerita bersama santri putri Pesantren Hidayatullah Berau, Kalimantan Timur. Pada kesempatan itu saya sampaikan 2 peran wanita dalam membangun peradaban.
Peran pertama adalah menjadi wanita dengan karakter pembelajar. Karena hanya dengan menjadi pembelajar sejak muda, kelak mereka akan menjadi ibu yang juga menanamkan karakter pembelajar kepada putra dan putrinya.
Bangsa yang akan rusak atau semakin baik, bisa kita lihat dari perilaku kaum wanitanya. Jika mereka pembelajar dan komitmen serta konsisten, maka generasi masa depan akan jauh lebih baik. Begitu pun sebaliknya.
Peran kedua adalah ikut menentukan arah pembangunan umat, bangsa dan negara.
Sekalipun umumnya wanita berperan pada zona domestik, namun sejatinya di ruang itulah mereka dapat ikut serta menentukan arah pembangunan umat, bangsa dan negara.
Baca Juga: Karya yang Terus Berguna
Yakni ketika wanita mampu menjadikan keluarga atau rumah sebagai pusat pembelajaran, pusat kebaikan dan kemajuan diri secara lahir dan batin.
Langkah
Suasana sharing yang hening itu mengantarkan saya untuk melanjutkan kisah perihal bagaimana langkah mewujudkan peran itu dengan sebaik-baiknya.
Pertama, berjuanglah untuk suka membaca. Karena membaca adalah perintah Allah yang pertama dan utama.
Kedua, berusahalah memanivestasikan iman dalam pergaulan sehari-hari di asrama. Biasakan berbicara dengan baik. Hindari berkata buruk dan kasar kepada teman.
Ketiga, usahakan dalam 24 jam untuk menghasilkan karya, apapun itu. Entah tulisan, lukisan atau apapun yang dapat mengantarkan diri mengalami peningkatan kualitas dan antusiasme lebih semangat belajar dan beramal.
Contoh
Menjadi wanita dengan dua peran tersebut bukanlah utopia. Itu memang ada dalam sejarah kehidupan umat Islam. Kita bisa belajar dari Ibunda Imam Syafi’i dan Ibunda Imam Bukhari.
Keduanya adalah wanita dengan peran luar biasa dalam melahirkan sosok manusia yang tangguh dalam jihad keilmuan.
Kita tahu nama Imam Syafi’i atau pun Imam Bukhari sama-sama luar biasa, peran, kontribusi dan karyanya bagi umat Islam.
Baca Lagi: Menentukan Perjuangan Hidup
Mereka memang belajar, tetapi karakter pembelajar dua ulama hebat itu berangkat dari pendidikan yang sang Ibunda berikan kepada mereka.
Tinggal bagaimana sikap mental kita benar-benar siap menapaktilasi keberhasilan itu. Mungkin tidak akan sama hasilnya, tetapi setidaknya kita semua berada dalam jalur yang sama, yakni jalur melahirkan manusia hebat di masa mendatang.*