Apakah masih ada orang membaca buku sekarang ini, ya, membaca serius?
Minat baca sebagian orang tinggi, itu membaca media sosial. Tetapi daya baca rendah, yakni keinginan membaca buku.
Fakta ini sepertinya cukup beredar luas. Tetapi faktanya, sebagian orang memang lebih suka bicara tanpa harus membaca lebih dahulu.
Problem sebenarnya, tapi tidak terasa pada masing-masing diri. Hanya saja, kalau paham akan sejarah, termasuk kemerdekaan, jelas membaca serius adalah syarat.
Baca Juga: Bijak Membaca Berita
Kata dosen hubungan internasional UI, Shofwan Al-Banna, PhD kemerdekaan Indonesia mungkin diraih karena adanya anak bangsa yang mau membaca serius.
Itulah Bung Karno, Agus Salim, Natsir dan guru bangsa kita, HOS Tjokroaminoto yang rela melakukan “bunuh diri” kelas.
Pandangan Ibn Qayyim
Problem tidak mau membaca serius juga jadi uraian pembuka dalam mukaddimah buku “Fikih Daulah dalam Perspektif Alquran dan Sunnah” karya Syaikh Yusuf Al-Qardhawi.
Beliau menceritakan bagaimana “keluhan” Ibn Qayyim Al-Jauziyah.
Bahwa sejak abad VIII Hijriyah, telah terjadi kejumudan yang terjadi para fuqaha pada masanya.
Kejumudan itu menjadi biang keladi penyimpangan para pejabat dan penguasa dari tuntunan syariat yang luwes.
Kemudian Syaikh Yusuf Al-Qardhawi melihat bahwa kejumudan itu masih berllanjut sampai abad XV Hijriyah.
“Sekalipun mereka hidup pada zaman sekarang, tetapi mereka menggunakan akal para ulama yang telah mati sekian abad, yang segala-galanya sudah berubah, berbeda jauh dengna keadaan pada masa itu.
Mereka lupa bahwa Al-Imam Asy-Syafi’i bisa mengubah pendapatnya dalam tempo yang relatif singkat, sehingga dia mempunya satu pendapat baru dan satu lagi pendapat yang lama.”
Menjawab Tantangan
Artinya, membaca serius merupakan problem panjang yang umat Islam alami.
Membaca serius dalam hal ini saya ambil dari uraian Shofwan Al-Banna, yakni mampu membaca tren perubahan sistemik, kemudian melihat realitas dengan lengkap dan melakukan tindakan yang tepat.
Sebab membaca memang sangat perlu untuk melakukan tindakan yang tepat. Kala itu, era baru akan terjadi, yakni perang di Samudera Pasifik, Bung Karno melihat itu sebagai peluang Indonesia merdeka.
Maka Bung Karno pun pidato menyebarkan pikiran akan datangnya masa Indonesia merdeka. Belanda langsung menangkap Bung Karno karena dituduh menyebar hoax, mungkin begitu.
Baca Lagi: Bahagia Menikmati Proses Perjuangan
Tetapi akhirnya bacaan Bung Karno dan banyak tokoh lainnya yang serius membaca benar. Masa Indonesia merdeka itu tiba, dan terjadilah peristiwa pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Karena mereka semua adalah pembaca serius, lalu mereka mengatakan kepada kita semua, bahwa kemerdekaan itu adalah atas rahmat Allah SWT.*