Mas Imam Nawawi

Sejarah
- Kisah

Membaca Sejarah Membuat Tajam Kiprah

Tak bisa kupingkiri, saat ini saya sangat berbahagia penuh syukur. Pasalnya bukan karena hal besar secara materi. Tapi ini benar-benar luar biasa dari sisi ilmu dan rasa ingin tahu. Kemarin dalam sela-sela kegiatan, seorang senior menghadiahi saya 4 buku. Saya mau kisahkan satu dari empat buku itu. Yaitu karya Carool Kersten. Judulnya: “A History of […]

Tak bisa kupingkiri, saat ini saya sangat berbahagia penuh syukur. Pasalnya bukan karena hal besar secara materi. Tapi ini benar-benar luar biasa dari sisi ilmu dan rasa ingin tahu. Kemarin dalam sela-sela kegiatan, seorang senior menghadiahi saya 4 buku. Saya mau kisahkan satu dari empat buku itu. Yaitu karya Carool Kersten. Judulnya: “A History of Islam in Indonesia”. Prinsipnya siapa membaca sejarah ia akan menjadi pribadi yang tajam dalam berkiprah.

Buku itu merupakan hasil penelitian selama 15 tahun. Sisi yang menarik, ia memandang Indonesia sebagai entitas peradaban Islam yang lepas dari pengamatan dunia. Kersten mengidentifikasi itu karena Islam di Indonesia tidak seperti peradaban Islam di Baghdad, Cordova, bahkan di Konstantinopel (Istanbul). Namun sejatinya, Islam di Indonesia merupakan bentuk dari superioritas para pendakwah dalam hal kecanggihan metode membuat negeri yang awalnya Hindu-Budha menjadi mayoritas Muslim. Bagi Kersten ini fakta yang tak bisa dianggap biasa.

Kersten termasuk mampu menggali Islam di Indonesia dengan sangat baik. Ia mengatakan bahwa mengetahui Islam secara historis di Indonesia tidak cukup hanya mengetahui siapa yang pertama datang. Tidak bisa kehadiran Islam di Nusantara kita pandang dengan cara sesederhana itu. Kersten justru mengusulkan bahwa kita akan semakin produktif melihat sejarah Islam ini jika menyelidiki tentang siapa “pengirim” mereka yang berdakwah. Kemudian siapa “penerima” dakwah itu sendiri.

Menemukan jawaban itu, kata Kersten kita akan bisa menemukan wawasan yang lebih canggih tentang kekuatan motivasi yang berperan dalam proses konversi agama dan mampu menjawab pertanyaan “mengapa?”

Sejarah Membawa Gairah

Sebelum ini, saya membaca sebuah buku yang Gamal Mazhi memberikan pengantar. Takdir Allah SWT, itu berangkai secara logika dengan apa yang saya baca dari karya Kersten itu.

Gamal Mazhi menulis, “Generasi umat manusia bisa berubah-ubah dari masa ke masa dengan pernak-pernik kehidupan di dalamnya. Namun, kesadaran dan watak kemanusiaannya tentu tidak jauh berbeda. Karena itu, belajar dari satu generasi manusia, berarti kita belajar tentang watak manusia itu sendiri.”

Kalau kita tarik garis korelasi dari dua cara berpikir itu, maka kita pasti akan bersemangat memahami sejarah dan menjadikan kesempatan hidup ini lebih bergairah.

Saya ungkapkan saja apa yang saya alami. Pertama, Indonesia dengan Islam yang mayoritas di dalamnya telah menyimpan energi besar gerakan dakwah masa itu. Syed M. Naquib Al-Attas mengatakan bahwa Islam datang ke Indonesia pada abad ke-7. Bukan abad 15 atau 16 seperti teori yang banyak berkembang. Untuk membuktikan itu mudah saja, cek pada setiap kota besar di Indonesia. Rata-rata adanya kampung Arab. Tidak ada kampung Gujarat.

Dalam kata yang lain, kalau kita paham bagaimana sejarah dakwah Nusantara kala itu, pasti kita akan punya motivasi tinggi untuk menguatkan dakwah yang kini telah kita nikmati. Dakwah yang merupakan buah perjuangan mereka terdahulu.

Kedua, sekalipun kita belum menemukan sosok detail seperti Rasulullah SAW dan para sahabat yang meng-Islam-kan jazirah Arab, tapi kita dapat menangkap visi para pendakwah Islam kala itu. Mereka tidak saja berhasil membuat negeri ini banyak yang beragama Islam. Tetapi umat Islam yang ada kala itu mau mengangkat senjata melawan penjajahan Belanda.

Jadi, benar ungkapan seorang tokoh Byzantium pada abad 13 tentang pentingnya sejarah. Ia mengatakan, “Orang yang tidak paham sejarah, ia tidak tahu jalan kemenangan”.

Dalam kata yang lain, kalau anak muda Muslim hari ini hanya berpikir diri sendiri, lesu menghadapi tantangan sosial yang terus berkembang, maka ia perlu kembali menengok sejarah. Hanya orang yang paham sejarah yang selalu punya gairah menebar kebaikan dan maslahah.

Energi Kisah

Masih menurut Gamal Mazhi, dalam kata pengantar pada buku “Saat Tuhan Menyapa Hatimu” bahwa kita akan semakin punya energi besar dalam dakwah kalau mampu mengambil pelajaran dari kisah yang Allah paparkan.

Menariknya untuk mengambil energi kisah dalam Alquran itu kita perlu kearifan dan kecerdasan spiritual. Dengan dua hal itu kita sepenuhnya sadar dan jujur menyelami kisah- kisah yang pernah dialami bangsa-bangsa terdahulu. Targetnya jelas, yakni agar menjadikan kita berpikir, mau berubah, dan berbenah diri.

“Kelalaian kita dalam menangkap pesan sejarah akan menjadikan kehancuran tiada terperikan berupa kiamat kecil peradaban manusia,” tegasnya.

Inilah saatnya kita memerhatikan sejarah. Jadilah orang yang senang berkiprah. Dan, dalam setiap tarikan nafas, jadikan itu media penyedot rahmat dan berkah dari Allah SWT.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *